26 Des 2013

Kesalahan - Kesalahan yang Harusnya Tak Dilakukan pada Usia 20 Tahunan

Usia 20 Tahunan adalah usia transisi paling penting dalam hidup kita. Perpindahan gejolak dari era sekolahan ke era karir, menuntut  kita untuk cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada. Keputusan yang kita ambil saat ini – diusia 20 tahunan – tidak hanya berpengaruh untuk jangka panjang saja, tapi juga untuk masa depan kita jauh kedepan.
Apakah anda ingin membuat usia 20 tahunan anda menjadi usia monumental untuk membuat sebuah perubahan dalam hidup anda? Ataukah anda ingin bersenang senang dan membiarkannya berlalu begitu saja? Apapun pilihannya, semua tergantung anda.
Tapi satu yang pasti, usia 20 tahunan adalah usia yang sangat krusial, setiap rencana yang anda tulis, setiap keputusan yang anda buat dan setiap langkah yang anda pilih, akan berpengaruh jauh ke masa depan anda.
Berikut ini hal-hal yang seharusnya tidak anda lakukan ketika berusia 20 Tahunan.
1.    Bekerja Hanya untuk Uang, Bukan Membangun Impian
Jangan pernah mencari kenyamanan anda ketika masih muda. Masa muda harusnya anda gunakan untuk mencari tantangan sebanyak mungkin, membangun road map menuju cita cita yang anda impikan.
Terkadang pekerjaan dengan tawaran gaji yang cukup besar menghampiri, tapi permasalahannya adalah apakah anda benar benar menikmati pekerjaan yang akan anda geluti itu?
Sebagai contoh jika anda seorang sarjana seni, apakah anda akan menerima pekerjaan sebagai seorang akuntan dengan gaji yang besar? Padahal jelas-jelas bahwa dunia akuntansi bukanlah dunia anda.
Ok, mungkin di hari ini pekerjaan sebagai seorang seniman masih tidak menghasilkan apa-apa, dan pekerjaan sebagai akuntan dapat langsung mendatangkan pendapatan bulanan, tapi apakah anda yang seorang seniman mampu membohongi diri selamanya dengan bekerja sebagai seorang akuntan?
Jika John Lennon memutuskan untuk bekerja di pabrik daripada terus-menerus bermain musik tanpa di bayar di awal karirnya, akankah The Beatles ada saat ini?
Kembali lagi, semua ini masalah proses. Nikmatilah prosesnya.
2.    Tergesa-Gesa Dalam Jatuh Cinta
Mungkin bagi anda yang baru saja lulus dari dunia kampus, pasti mulai berinisiatif bahwa inilah saatnya mencari tambatan hati yang tepat untuk menjalin rumah tangga bersama. Toh orang tua anda pun juga mendukung langkah anda ini. Apalagi jika undangan sweet seven teen telah lama berganti menjadi undangan pernikahan dari beberapa kolega dekat kita.
Permasalahannya apakah anda akan langsung mengumbar cinta anda begitu bebas dari dunia perkuliahan dan mulai meniti jenjang karir?
Alih-alih fokus mengejar tambatan hati yang tepat, lebih baik kita fokus untuk memperbaiki kualitas diri.
Percayalah, lelaki yang baik akan selalu diperuntukkan untuk wanita yang baik pula.
3.    Tetap Kekanak-Kanakan
Diusia peralihan awal 20 tahunan, sering kali kita masih terlihat “kekanakan” dihadapan rekan kerja kita yang lebih tua. Kita masih sering becanda tidak pada tepatnya hingga masih mengedepankan ego daripada professionalitas.
Being child like is good, seperti halnya anak kecil yang selalu ingin belajar banyak hal dan kreatif. But being childish? NO! Bukan sebuah kebanggan lagi di usia anda jika apa-apa masih minta sama orang tua.
Real man use three pedals??? NO!
Real man pakai mobil yang dia beli dengan keringatnya sendiri.
4.    Family  Comes Second
Kita tahu bahwa di usia 20 tahunan adalah usia dimana kita sedang semangat-semangatnya mengejar karir kita. Tapi ingat, jangan pernah lupakan bahwa dibalik kesuksesan anda selalu ada keluarga yang mendukung. Jangan pernah menomor duakan mereka. Anggaplah kehidupan keluarga anda saat inilah adalah sebagai ajang latihan sebelum anda membangun rumah tangga anda dikemudian hari.
Satu lagi yang ingin saya share di poin ini. Anda tahu apa beda The Boy dengan The Man ?
“The Boy comes home cause he need his mommy for giving him some money. The Man comes home cause he knew that he cares of his mommy.”
5.    Tetap di Pekerjaan yang Tidak Mengajarkanmu Apa-apa
Pernah membaca cerita tentang persahabatan antara Ayam dan Elang ? Pekerjaan yang terasa nyaman dan tanpa tuntutan tidak akan membuat anda belajar apa-apa. Menjebak anda dalam sebuah kenyamanan semu yang sepertinya enak, padahal lambat laun kreativitas anda akan tergerus karena tidak terbiasa dengan berbagai macam tantangan yang baru. Hal ini mungkin akan membuat senang anda di hari ini, tapi di kemudian hari ketika kreativitas anda sudah tidak terlatih lagi? Tidak ada salahnya pergi mencari pekerjaan baru yang akan mengajarkan anda banyak hal. Sebelum keadaan membuat anda terlalu nyaman tanpa belajar apa-apa.
6.    Ikut-ikutan Trend
Anda boleh meyadari tren apa saja yang berkembang hari ini, tapi jangan pernah terlalu fokus untuk mengikuti suatu tren tersendiri. Jika anda anda menghabiskan sebagian besar waktu anda hanya untuk mengikuti tren tertentu saja, kapan anda akan fokus untuk menciptakan tren anda sendiri?
Ingat! Mereka yang sukseslah yang menciptakan tren itu, bukan para pengikutnya.
7.    Selesai Belajar
Kita tahu, kita sudah muak dengan program 12 tahun wajib belajar + 4 tahun kuliah (itupun kalau tidak ngaret). Sudah saatnya kita menutup buku pelajaran dan fokus bekerja untuk mencari uang. Tapi apakah itu benar?
Mereka yang sukses tidak pernah berhenti belajar dan belajar tidak harus di bangku kelas. Dunia ini penuh permasalahan yang sangat menarik untuk dipelajari jika kita mampu memahaminya.
Ingat, wajib belajar bukan hanya 12 tahun + 4 tahun kuliah. Wajib belajar adalah seumur hidup!
Manfaatkan sebaik mungkin usia 20 Tahunan anda, karena apapun keputusan yang anda ambil hari ini, akan berdampak jauh ke masa depan anda,
“Age is just number, Young is forever and Mature is character” – Self Quote
Inspired by EliteDaily



22 Des 2013

Download Materi Karakter Pemuda Islam

Download materi ppt karakter pemuda islam di sini


17 Des 2013

Fenomena tentang Masa Depan

#Fenomena

Ibu : Pak, mengapa bapak lebih bersemangat menyekolahkan anak kita ke lembaga bimbingan belajar fisika, matematika, dan bahasa inggris dibandingkan dengan mengkursuskannya ke majelis baca tulis al quran?

Bapak : Sudah jelas, ayah yang baik tentu menginginkan masa depan terbaik untuk anaknya, agar kelak dia mendapatkan pekerjaan yang baik, tempat tinggal yang baik dan hidup mapan.

Ibu : o...masa depan. Berapa lama kira-kira masa depan yang hidup mapan itu akan berlangsung?

Bapak : Ya tentu sampai tua, sekitar sampai umur 63 atau 70 tahun.

Ibu : Setelah itu akan kemana?

Bapak : Akan meninggal, ke alam kubur terlebih dahulu sebelum ke alam akhirat.

Ibu : Berapa lama di akhirat?

Bapak : Selama-lamanya.

Ibu : Pak, kira-kira lebih masa depan mana, yang 70 tahun hidup di dunia atau masa yang selama-lamanya di akhirat?

(Sang bapak tertegun menelan ludah sambil berpikir keras menggunakan logika kemudian berkata)

Bapak : Bu, cepat panggilkan pak ustadz agar mengajari anak kita baca tulis al quran. Jangan sampai kita tertipu dengan masa depan semu yang hanya sementara ini. Usahakan anak kita nanti bisa mengamalkan one day one juz agar masa depannya yang sesungguhnya benar-benar cerah dan penuh keridhoaan Allah SWT.

-------------------------->>>-------------------------

Masa depan itu bukanlah masa setelah lulus kuliah atau masa saat sudah dapat pekerjaan mapan, masa depan hakiki ialah masa setelah kematian, dimana harta yang dengan jerih payah kita kumpulkan akan menjadi tak berarti sedikit pun.

Kerja bolehlah kerja, bahkan tak sedikit yang telah benar meniatkannya dengan ibadah. Namun tak ada salahnya kita instrospeksi, apakah pekerjaan kita telah barokah? 

Bagaimanakah pekerjaan kita dikatakan barokah?

(yakni) tatkala ia tidak membuat kita lalai dari segala perintah-Nya dan justru semakin mendekatkan kita untuk senantiasa mudah melakukan ibadah kepada-Nya.

#Fenomena



Hidup itu Cuma Buat Cari Duit (?)

Hidup itu bukan sekedar buat cari duit, tapi mencari ladang amal sholih yang abadi. Dan ladang amal sholih itu ialah memberi ilmu yang bermanfaat dan mendidik anak sholih.

Seorang cerdas haruslah menjadi pendidik, 
Jangan sampai mereka yang cerdas terperangkap dlm rutinitas dunia kerja sehingga hilanglah potensi kemanfaatannya utk ummat.



Tentang Qana'ah

Tiga fase kehidupan yang sepatutnya menjadi renungan.

1. Waktu muda.
Memiliki waktu dan kemampuan, Tetapi tdk punya kekayaan

2. Waktu bekerja.
Memiliki kekayaan dan kemampuan, Akan tetapi tdk punya waktu

3. Waktu tua.
Memiliki kekayaan dan waktu, Akan tetapi tdk punya kemampuan

inilah kehidupan, ketika kehidupan memberikan sesuatu kepadamu, dia akan mengambil sesuatu yg lain darimu.

Selalu dan selalu kita meyakini bahwa kehidupan orang lain selalu lebih baik dari kehidupan kita. 

Dan orang lain?
Selalu melihat kehidupan kita lebih baik. Semua selalu seperti itu.

Mengapa?
Karena kita kehilangan sesuatu yg sangat penting dalam kehidupan kita.
Ia adalah Qana'ah yaitu menerima segala keadaan dengan mengharap penuh ridho dari-Nya.





Belajar dari Matahari

Setelah cukup lama tak bersua dengan dunia kampus karena menjalani dunia pasca kampus yang cukup melelahkan dan menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran, sore ini senang sekali dipertemukan dengan rekan-rekan mahasiswa baru jurusan fisika yang bersemangat antusias dalam belajar agama. 

Kemudian bertanya salah seorang diantaranya, "Mas apa ndak capek dengan agenda pekanan yang begitu padat?"

Sambil tersenyum ringan, ku katakan "Lihatlah di luar sana, matahari yang tak pernah dijanjikan surga saja dia selalu bergerak menyinari bumi untuk membawa kemanfaatan. Lantas apakah pantas kita masih bisa berdiam diri saja padahal Allah telah menjanjikan surga bagi siapa saja yang terus bergerak untuk memberikan inspirasi dan manfaat untuk orang lain?"

Rabb, bantulah kami untuk saling mencintai karenaMu, dan kelak bila Engkau berkenan menginjakkan kakiku di surgaMu, pertemukan aku dengan mereka.

8 Des 2013

Download Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah, kata yang begitu mudah terucap, namun terkadang sulit diterapkan.


Sudah sampai di mana level ukhuwah kita?
Ukhuwah for beginner : Ta'aruf (saling mengenal) 
Intermediate ukhuwah : Tafahum (saling memahami) 
Advance ukhuwah : Ta'awun (saling menolong) 
Profesional ukhuwah : Takaful (saling menanggung) 
The Master of ukhuwah : Itsar (mendahulukan saudara)

Download materi power point ukhuwah islamiyah di sini

22 Sep 2013

Golput, Akankah Benar-Benar Putih? (Tinjauan Ulang atas Ajakan Golput)

Golput atau golongan putih, maksudnya adalah untuk menyebut orang/kelompok yang tidak memberikan hak suaranya pada pegelaran demokrasi  untuk memilih partai/eksekutif/presiden. Mereka tak mau ikut serta dalam penyaluran suara dalam pemilu, kalaupun ikut meramaikan maka semua gambar yang ada dalam kertas pemilu akan dicoblos semua sehingga suara tidak sah dan terbuang percuma. Apakah para golput itu adalah orang-orang pelosok desa yang tak tersentuh pendidikan politik? Bukan. Bahkan sebagian mereka ada yang terpelajar dan terdidik, bahkan juga pejabat, baik ormas maupun lembaga pemerintahan. Banyak alasan dan banyak dalih yang digunakan untuk membenarkan golput. Mari kita simak sedikit.

Pertama, adalah terkait ideologi sistem. Sistem pemilu menurut sebagian mereka adalah sistem jahiliyah yang tentu tak boleh diikuti. Sebab bila diikuti maka berarti yang mengikuti telah setuju dengan kejahiliyahan dan tentu telah menjadi jahil.

Kedua, sebagian orang beranggapan bahwa semua partai/calon eksekutif tidak ada yang ideal, tidak ada yang sesuai hati nurani. Semua tidak ada yang dapat dipercaya untuk menyalurkan aspirasi rakyat dengan amanah. Alasan ini kemungkinan muncul dari sekelompok orang yang sudah mutung (putus asa, red) dalam perjuangan melalui partai karena tak kunjung mendapatkan kemenangan, atau merasa aspirasinya tak tersalurkan lewat partai peserta pemilu.

Ketiga, ada anggapan bahwa pemilu hanyalah pemborosan dan buang-buang anggaran negara. Mereka merasa rakyat tidak disejahterakan oleh pemimpin-pemimpin yang telah dipilih. Para politisi yang sudah menjabat mayoritas hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan golongannya saja, tidak mau benar-benar berjuang menegakkan aspirasi rakyat. Kalaupun ada yang berjuang untuk rakyat, itu hanyalah basa-basi agar di pemilu berikutnya dapat dipilih lagi dan menang lagi.

Alasan kedua dan ketiga di atas menurut saya adalah alasan orang-orang putus asa dalam berusaha dan memperbaiki masyarakat lewat politik. Sedangkan alasan pertama, saya pribadi merasa perlu menimbang alasan ini mengingat masih banyak perdebatan dan perbedaan pendapat ulama tentang boleh/tidak bolehnya umat islam mengikuti demokrasi.
Untuk memberikan persepsi yang ideal yang mengantarkan sebuah pemahaman akan bermanfaat atau tidaknya melakukan golput, barangkali kita perlu mengkaji sedikit sejarah dari kemenangan Hitler.

Salah satu noda hitam paling tragis dalam sejarah akibat tingginya golput terjadi di Jerman. Tahun 1920 partai Nazi dibentuk. Awalnya, partai ini hanya mendapatkan 3% suara di Pemilu Legislatif, dan bahkan turun menjadi 2,6% di Pemilu berikutnya. Tapi tahun 1929 bursa saham Wall Street runtuh, dan tahun 1930 partai kecil ini langsung melejit dan mendapatkan 18,3% suara di Pemilu Lagislatif. Jumlah ini menjadi suara kedua terbesar di Parlemen karena banyak rakyat yang golput. Tahun 1933 Hitler terpilih sebagai Kanselir Jerman. Setelah itu kita semua tahu, berkuasanya Hitler merupakan salah satu pemicu utama terjadinya Perang Dunia ke-2.
Dari sejarah kita dapat melihat bahwa partai-partai kecil yang radikal bisa mendapatkan kekuasaan dan mengontrol suara mayoritas akibat golput. Beberapa tahun sebelumnya, hal serupa telah terjadi di Rusia dalam revolusi Bolshevik yang dipimpin Lenin (1917). Lewat ide-idenya yang destruktif, partai-partai kecil ini menguasai dan mengontrol arah negara.

Sekarang mari kita translasikan kepada perpolitikan di negeri kita. Partai-partai nasionalis sekuleris telah marak. Umat islam pun bingung, tak tahu siapa yang harus didukung. Di sisi lain kaum sekuler liberal dengan segala kepentingan kapitalisme yang dibawa terus menunjukkan sepak terjangnya. Menggandeng tokoh sana-sini, sudah mulai berani. Lihatlah sekarang sudah ada yang berani menjadi wakil gubernur, ada juga yang nekat jadi calon wakil presiden. Logika sederhananya, jika dengan memilih saja tokoh-tokoh sepilis sudah hampir menguasai negeri ini, maka bagaimana jadinya jika umat islam golput? Tentu kita tak ingin perundang-undangan di negeri ini menjadi bercorak penuh dengan kapitalisme dan berpihak kepada barat.

Maka kembali saya pertanyakan, golput akankah ia akan menjadi benar-benar berwarna putih yang dianggap netral tak berpihak ataukah justru akan membawa kepada pilihan terpuruknya sistem demokrasi Indonesia karena telah berubah menjadi sekuler liberal?
Satu suara sangatlah berarti, karena itu jangan lepaskan hak pilih Anda !
#2


19 Sep 2013

Lalu Pemimpin Seperti Apa Yang “Lebih Seharusnya” Dipilih?


Buka Al Quran, dan menemukan ayat ini :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 27-28)

Maaf jika prolog tulisan ini langsung dipertemukan dengan ayat dan dalil, yang terkadang orang jenuh didalili. To do point, jelas secara eksplisit melalui ini Allah melarang orang-orang beriman agar tidak mengkhianati amanat-amanat yang telah dipercayakan kepadanya. Hal menarik, Syaikh Ibnu Taimiyah rah. menerangkan dari ayat di atas bahwa adanya kewajiban orang-orang beriman untuk turut serta memilih pejabat/pemimpinnya baik pemimpin eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Poin pentingnya adalah agar umat islam tidak main-main dalam menentukan pilihan. Penjelasan beliau memang rasional, berkaca pada sebuah hadist, diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu masyarakat, yang di masyarakat itu ada orang yang lebih diridlo’i Allah dari pada orang yang dipilih tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (Kitab Al Mustadrak Lishshahihaini, Imam Al Hakim).
Lalu pemimpin seperti apa yang “lebih seharusnya” dipilih?
Tentu argumen-argumen normatif semacam pemimpin itu harus adil, amanah, cerdas, bertanggung jawab, dll telah kita ketahui. Namun disini kita harus mengetahui penekanan-penekanan yang telah Allah tuntunkan kepada manusia agar kita tidak berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pertama, pemimpin harus memiliki track record yang baik. Baik dalam apa? Tentu saja dalam agamanya, imannya, prestasinya, kontribusinya untuk ummat. Mengenai hal ini kita dapat berkaca pada terpilihnya Nabi Ibrahim a.s sebagai pemimpin ummat manusia yang sejak masa remaja telah berani melawan berhala-berhala sesat di kaumnya. Maka dari sejarah ini tentu kita telah dituntun untuk dapat memilih pemimpin yang berpengalaman, jelas track recordnya, capable, dan tidak asal “bondo nekat” untuk menjadi pemimpin. Lantas bagaimana jika terdapat calon pemimpin yang sama-sama baiknya? Jawabnya mudah. Pilih yang lebih baik.
Kedua, memilih pemimpin juga harus memperhatikan asal-usul kelompok, golongan, dan kekerabatan dari sang kandidat. Mengapa ini penting? Karena betapapun shalihnya sang kandidat jika ia tetap berada di lingkungan yang rusak, sekuler dan liberal maka tak lama kesholihannya tersebut akan terkikis. Percuma. Seyogyanya pemilih juga harus cerdas melihat latar belakang kelompok/partai yang mengusung kandidat. Apakah benar kelompok pengusung tersebut membawa kemaslahatan untuk ummat ataukah justru membawa visi sekuler liberal yang akan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai islam?
Ketiga, pemilih haruslah cermat melihat motivasi calon. Orang yang ambisius tak layak diberi amanah untuk memimpin. Indikasinya ialah jika dia menggunakan segala cara untuk mendapatkan jabatannya, misal money politik atau pemalsuan berkas pencalonan, dll. Biasanya pemimpin yang baik, dia mencalonkan tidak atas dasar kehendak pribadi, melainkan atas kehendak orang banyak. Indikasi ini dapat terlihat dari banyaknya kaum dan golongan/partai yang mendukung sang calon untuk menjadi pemimpin. Dia ridho terhadap ummat dan ummat pun ridho terhadap dirinya.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada saudara-saudara yang mengecam sistem demokrasi, bersama ini saya sampaikan, bahwa di kehidupan saat ini dimana demokrasi adalah sebuah kenyataan yang sulit dihindari, dimana kedaulatan dalam memilih pemimpin dan wakil rakyat baik ditataran nasional, daerah atau bahkan di tataran kampus berada di tangan tiap individu, maka kita selaku ummat yang paham akan kesempurnaan agama yang tak memisahkan antara agama dan negara berkewajiban memilih pemimpin yang shalih, memiliki integritas untuk memuliakan agama, memiliki moral dan akhlak Al Quran. Kita harus memberikan dukungan kepada calon terbaik agar negeri ini dipimpin oleh orang-orang terbaik pula. Jika tidak dan jika kita apatis, maka perlahan tapi pasti negeri ini akan dikuasai orang-orang sekuler liberal yang tentunya tak menginginkan cahaya agama islam bersinar.
Jangan diam dan tentukan pilihan! #2



14 Jul 2013

Ramadhan, ADK not only EO but also . . .

Ramadhan, semua tentu senang menyambutnya. Semua berlomba-lomba melakukan ibadah agar pahala berlipat ganda jatuh pada dirinya. Tak terkecuali masyarakat kampus yang oleh sebagian orang diberi label julukan ADK (Aktivis Dakwah Kampus). ADK ini biasanya disematkan kepada mahasiswa yang aktif di lembaga dakwah kampus tingkat jurusan, fakultas, atau institut. Kadangkala julukan ADK ini ditempelkan ke mas-mas yang jenggotan atau mbak-mbak yang jilbabnya gedhe. Ya mereka itu ADK. Lantas, gimana para ADK ini menjalani Ramadhan ? secara mereka rata-rata adalah orang-orang aktivis kegiatan alias panitia kegiatan.

RDK, kali ini judulnya RDK 34. Acara tahunan rutin yang diadakan di salah satu kampus di Indonesia. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, RDK menyajikan seabrek aktivitas dakwah yang tentunya memiliki visi “mensholihkan ummat”. ADK yang tergabung dalam panitia RDK telah merancang sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan RDK ini dapat berlagsung spektakuler. Pagi siang sore malem, mereka syuro. Memikirkan konsep, efektvitas, pengaturan SDM, dll agar kegiatan-kegiatan RDK ini tetap terjaga esensinya. Tak bisa terelakkan, tersedotnya waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengurus kegiatan ini itu menjadi resiko tersendiri bagi seorang ADK. Ramadhan yang mestinya adalah sebagai bulan penuh ibadah, harus rela menjadi bulan yang penuh dengan syuro. Ramadhan yang biasanya sebagai momen memperbanyak tilawah, harus berubah menjadi pelepas rasa lelah karena padatnya agenda RDK. Alhasil, target tilawah tak tercapai, tarawih dua rakaat sdh merem melek, qiyamul lail sedapatnya, ba’da subuh tidur lagi, dan dzikir sering terlewatkan.

Apakah begini ADK membersamai Ramadhan? Semua pasti akan kompak menjawab ‘tidak’. Lantas, salahkan agenda-agenda RDK yang telah dirancang sebagus mungkin tadi itu? Tentu semua juga akan menjawab ‘tidak’. Lalu siapa yang bertanggung jawab jika ada ADK yang profilnya seperti ilustrasi tersebut?

Karena ADK adalah makhluk special di perguruan tinggi. Mereka telah tertarbiyah , dan harusnya menjadi sosok yang lebih paham daripada mereka yang tidak tertarbiyah. Padatnya agenda seorang ADK yang telah biasa ia temui di luar Ramadhan, seharusnya mampu menjadikannya seorang profesional tatkala ia bertemu dengan Ramadhan. Pasalnya, agenda-agenda dakwah yang ada seolah tak ingin melihat ADK bisa nyantai dikit. Keadaan yang seperti ini seolah-olah diperparah dengan kondisi yang semuanya minta didahulukan untuk diperhatikan. So, tak sedikit ADK yang bingung, mau ngurusin syuro dulu atau kejar target tilawah ?? Atas kondisi seperti ini, relakah jika ibadah kita terkorbankan?

Sekali lagi tentu semua kompak mejawab ‘tidak rela’. Sebagaimana yang kemarin pernah saya sampaikan ke pejuang kobar bahwa kita harus berusaha menjadi panitia RDK yang profesional. Profesional artinya menjadi pelayan ummat yang tak lupa melayani diri kita sendiri. Ibarat kata, “janganlah kalian menjadi lilin yang rela dirinya hancur demi menerangi sekitar, tapi jadikanlah diri kalian seperti obor yang tetap utuh tegar saat panasnya api membakar dirinya”.

Ramadhannya ADK bukan hanya ia menjadi event organizer, namun juga diiringi peningkatan amal yauminya.
Ramadhannya ADK bukan hanya terhabiskan oleh syuro konsepan acara, namun juga diikuti keterjagaan untuk menghadap Rabb-nya di saat yang lain terlelap tidur.
Ramadhanya ADK bukan hanya terfokus pada targetan jumlah peserta acara kajian, namun juga fokus pada targetan Ramadhan yang telah sejak awal ia azamkan untuk tercapai.

Maka tetaplah tersenyum di saat-saat sulit. Tetaplah tersenyum saat dana kobar mulai menipis. Tetaplah tersenyum saat tiba-tiba pembicara membatalkan datang kajian subuh. Tetaplah tersenyum saat satu demi satu OC mulai pulang kampung. Dan tetaplah tersenyum tatkala nasi bungkus kobar tersisa banyak. Karena tersenyum tanda keikhlasan. Semoga mencerahkan.

*untuk para pejuang RDK, SC, OC, kami bangga dengan kerja-kerja antum (semua). Karena tak sedikit orang yang merasa iri atas pahala besar yang kelak akan kalian terima.
*untuk PH Kabinet Ekspansi Dakwah. Jagalah mereka dengan baik, karena menurut kami kalianlah sebaik-baik pelindung untuk mereka setelah Allah dan Rasul-Nya. 


3 Jul 2013

Seandainya Kami Sanggup Berlari Bersama Mujahidin


Apa kabar iman mu wahai mujahid 
Ku melihat langkahmu lelah
Ku melihat tetes air mata emas
Apakah kau menangis ?

Saat itu pula
Kau jawab dengan isyarat
#menggeleng
Kau tetap berjalan
Bahkan berusaha berlari
Merebut keadilan yang telah dengan adil kau dapatkan

Keberadaanmu menggetarkan musuh-musuh islam
membuat mereka didera frustasi dan khawatir yang bertambah-tambah
Mereka resah
Mereka gelisah
Atas undang-undang Al Quran yang kau perjuangkan

Memang
Kini mereka terlihat menang di dunia
Memang
Seakan mereka telah mencampakkanmu
Namun
Itu hanya kejadian di dunia
Yang Allah telah tetapkan hal itu untuk menggembirakan mereka

Ya . . . mereka telah bergembira
Begitupun dengan para sekutu dan pendukung mereka
Namun sayang, 
Kegembiraan mereka hanya sementara
Bahwa kemenangan islam tak lama lagi akan menangiskan mereka

Ya Allah Ya Rabbuna
ampunkanlah kami
Wahai mujahid
maafkanlah kami

Seandainya kaki ini sanggup berlari,
Maka akan kami susul kalian mujahidin Mesir
Untuk berjuang bersama di bumi Allah
Semampu kami,
Hingga takdir terbaik Allah ditetapkan kepada kami.

Berterimakasihlah pada Musuhmu

Berterima kasihlah terhadap musuh atau lawan lawanmu. 

Mereka tentu akan selalu mencari kelemahan dan kejelekanmu. 

Jika engkau mengetahui bahwa mereka sedang melakukan hal itu kepadamu, maka kamu tidak perlu marah. 

Namun justru pujilah Allah, karena Dia telah menjadikan untukmu orang lain yang dapat mengerti kekuranganmu, sebab kamu sendiri tidak mengerti kekurangan itu. 

Mereka akan berterus terang dalam menjelaskan kekuranganmu. 

Dengarkan baik baik apa yang mereka katakan tentangmu karena hal itu lebih patut untuk memantau dirimu. 

Adapun teman kamu sendiri, maka ia tentu akan merasa malu dan sungkan untuk menunjukkan kekurangan itu. 

30 Jun 2013

Dari (Gerakan) Mahasiswa Menuju Negara (Syariah)



Tercapainya penegakan syariah dan nilai-nilai islam merupakan tujuan akhir yang diingankan oleh segala bentuk gerakan dakwah yang ada dunia.  Ya, semuanya sepakat bahwa khilafah islamlah yang menjadi tujuan utama. Bahwa misi gerakan islam adalah membangun kehidupan berdasarkan undang-undang Allah, Al Quran dan Hadist. Gerakan islam dalam memperjuangkan dakwah akan selalu berputar sepanjang zaman dan terus diperjuangkan oleh para kader terbaiknya untuk mengemban misi membimbing umat manusia menuju sistem islam yang kaffah.

Tugas dakwah sejatinya merupakan tugas general yang wajib diemban oleh setiap manusia, yang tak akan selesai bahkan sampai hari dimana matahari akan terbit dari ufuk barat. Maka dari itu, bagi seorang pengemban dakwah yang telah paham terhadap urgensitasnya, haruslah siap (minimal) secara psikis bahwa jalan dakwah yang ditempuh adalah panjang dan tidak sedikit tenaga yang harus dikerahkan. Sekali lagi dan bahkan berulang kali disampaikan bahwa kader dakwah harus SIAP, mengorbankan tenaga, harta dan segala yang dimilikinya semata-mata untuk mencari RIDHO Allah swt.

Lantas, ketika kita menengok jalan cerita diri kita yang saat ini (masih) berada di dunia kampus, terkadang muncul pertanyaan, seberapa pengaruhkah keberadaan kita dalam pencapaian tujuan kemenangan dakwah islam?

Tujuan kemenangan dakwah, dan tujuan tercapainya khilafah sejatinya adalah wadzifah hadhariyah (tugas peradaban), yang sepatutnya diemban oleh muslim aqil baligh. Demi mencapai tujuan yang mulia itu, Rasullullah shollallahu ‘alaihi wassalam telah mengajarkan kita untuk menjemput kemenangan dakwah secara bertahap, karena salah satu karakter dakwah adalah at-tadaruj fi al-khutuwat (bertahap dalam langkah). Tahapan urutan amal (maratibul amal) dalam dakwah yang harus dilakukan adalah:

1. Perbaikan individu (ishlah al-fard)
2Perbaikan rumah tangga (ishlahul al-bait)
3. Perbaikan masyarakat (ishlah al-mujtama’)
4. Perbaikan pemerintahan (ishlah al-hukumah)
5Penyiapan tegaknya khilafah (bina al-khilafah)
6Pemanduan dunia (ustadziah al-alam) dan Pembebasan negeri (tahrir al-wathan)

Tiga tingkatan pertama merupakan kewajiban yang harus diusahakan oleh setiap individu muslim. Sementara tiga tahapan terakhir merupakan tugas yang harus diemban gerakan dakwah sebagai sebuah tandzim (organisasi) dakwah yang aktif (baca: prinsip gerakan islam karangan Fathi Yakan). Keenam tahapan tersebut bukanlah hal yang pakem untuk diterapkan demi terwujudnya khilafah islam. Bahkan salah satu gerakan islam ada yang mempersingkatnya menjadi 3 tahap yaitu 1) Perbaikan diri (syakhsiyah islamiyah/kaderisasi) 2) Interaksi dengan ummat melalui diskusi-diskusi/muktamar 3) Serah terima kekuasaan khilafah.

Untuk mencapai urutan amal dakwah tersebut, tentulah kita harus mendalami tahapan kerja dakwah yang kita lakukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

a. Mihwar Tanzhimi
Gerakan dakwah harus dibangun di atas organisasi (tanzhim) yang kuat dan solid untuk dapat mengoperasikan dakwah sesuai alur. Organisasi itu tentu harus diisi oleh kader-kader militan, yang tak gampang mengeluh, apalagi kader yang sering futur. Organisasi (walaupun kecil) akan dapat memberikan kontribusinya untuk menjadi bagian dari kemenangan dakwah.

b. Mihwar Sya’bi
Setelah dakwah terorganisasi dengan baik plus kader-kadernya telah siap terjun ke dalam kehidupan masyarakat, maka hal yang berikutnya dilakukan adalah membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai pendukung dan simpatisan gerakan dakwah. Gerakan ini akan membantu menciptakan kultur dan budaya sosial yang islami. Adanya dominasi figur yang islami dalam masyarakat akan sangat mendukung implementasi kebijakan-kebijakan dakwah dan pendukung opini publik yang pro syariah. Maka langkah awal dalam tahapan ini adalah gerakan dakwah harus membina komitmen syumuliyatul islam dan kemantapan aqidah sebagai pondasi aktivitas masyarakat. Selain itu pada tahap ini gerakan dakwah juga harus mampu menciptakan persepsi publik bahwa sistem ideal yang mampu menyelamatkan negara hanyalah sistem islam.

c. Mihwar Muassasi
Gerakan dakwah pada tahap ini harus membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Wilayah pekerjaan dakwah pada mihwar ini sangat luas, karenanya dibutuhkan pengelompokan pekerjaan seperti institusi sosial, pendidikan, ekonomi, politik, budaya, dsb. Pada tahapan ini dilakukan pula upaya mengisi institusi-institusi (masyarakat / pemerintahan) yang sudah ada. Dengan begitu terbentuklah jaringan kader dakwah di seluruh institusi strategis. Ini merupakan tatanan yang dibutuhkan untuk menata kehidupan negara yang Islami.

d. Mihwar Daulah
Dakwah harus sampai pada institusi negara. Tidak lucu jika masyarakat yang berada pada grass root telah mengamalkan islam secara kaffah, kemudian dirusak tatanannya hanya karena ulah negara yang antipati terhadap syariah. Institusi negara imenjadi sebuah elemen penting dalam kemenangan dakwah karena negaralah yang akan menjadi salah satu pembantu dalam merealisasikan secara legal dan kuat seluruh dan kehendak Allah swt atas kehidupan manusia. Yang perlu dicatat, negara adalah sarana dan bukan tujuan. “Kebenaran harus punya negara, karena kebatilan pun punya negara” (Ibnul Qayyim). Keberhasilan kerja dakwah dalam mihwar ini terlihat adanya SDM yang memiliki kemampuan akademis untuk dapat mentransformasikan ajaran islam ke dalam format konstitusi/undang-undang hukum dan perangkat lainnya yang terkait dengan pengaturan hajat hidup khalayak banyak.

Mihwar daulah merupakan yang terberat yang harus dijalani oleh para kader dakwah. Pada tahap ini gerakan dakwah harus aktif mewujudkan kemandirian pangan dan finansial agar negara tetap bisa eksis tatkala diembargo dan diisolasi oleh negara-negara lain. Mengapa begitu? Karena sejarah telah mencatat tidak pernah ada sebuah negara yang menyatakan islam sebagai ideologinya melainkan pasti mengalami hari-hari yang sulit, penuh dengan perjuangan keringat bahkan darah (lihat shirah nabawi bab masa pemboikotan dan bab perang khandaq).

Sejarah telah mengajarkan bahwa pasti ada resiko dalam setiap deklarasi negara islam. Saat ini kita dapat berkaca pada pemerintahan Hamas di Palestina, Dr. Mursi di Mesir dan PM Erdogan di Turki, dimana pihak oposisi sekuler akan terus mengganggu (dengan segala skandal dan makar politisnya) para pemimpin islam itu dalam menegakkan syariah. Maka pada mihwar ini, negara harus memiliki koneksi internasional yang cukup kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan islam transnasional tidaklah buruk, bahkan diperlukan (pernyataan ini ditulis sebagai ungkapan ketidaksetujuan terhadap isi buku Ilusi Negara Islam yang penuh fitnah).

Kemudian manakala syarat-syarat kesiapan islamisasi itu sudah terpenuhi, pada saat itulah gerakan dakwah akan dapat menggalang tuntutan politik yang ditandai dengan adanya partai-partai politik (tentu bersama publik) yang secara resmi meminta penerapan syariat islam di tataran konstitusi dan parlemen.

Kemudian, ketika parlemen telah siap dengan proses islamisasi dan akhirnya terbentuk negara islam, apakah sudah selesai? Belum. Negara harus segera melakukan konsolidasi dan koalisi politik dengan negara-negara muslim lainnya untuk menjadi sebuah satu kesatuan dan satu sistem pemerintahan yang utuh. Koalisi pemerintahan dari negara-negara islam itu memungkinkan untuk mendirikan sebuah perserikatan bangsa-bangsa islam yang kemudian mengadakan muktamar untuk berikutnya memilih dan mengangkat pemimpin sebagai simbol legitimasi umat islam seluruh dunia.

Tahapan kerja dan pemenuhan syarat-syarat kesiapan islamisasi ini idealnya dapat berjalan secara berurutan. Namun kenyataannya lebih memungkinkan berjalan secara pararel dan sangat sulit untuk diringkas. Tentu kita sebagai mahasiswa sudah tahu berada pada mihwar manakah diri kita. Maka lakukan peran kita sesuai kapasitas. Karena semua tahapan itu ibarat tembok kokoh yang berdiri karena batu bata penyusun yang kuat. Kealfaan kita dalam aktivitas-aktivitas dakwah akan menyisakan lubang pada tembok yang lambat laun menggerus kekuatan tembok dakwah yang kokoh itu. Maka yakinlah saudaraku, tak akan pernah sia-sia peranmu. Tak perlu ragu apalagi t menyesal (telah) menjadi pembantu (Allah) di jalan dakwah.

Ulasan di atas sedikit membuat diri ini tergelitik untuk main tebak-tebakan, bahwa Indonesia Emas itu akan terwujud di tahun 2024. Mengapa ? Jika kita runut kekhilafahan Islam di Turki runtuh tahun 1924. Merujuk pada hadist, Rasulullah pernah bersabda. "Allah mengutuskan pada ummat ini di setiap awal 100 tahun, orang yang akan memperbaharui urusan agama-Nya (mujaddid)" (Riwayat Abu Dawud)

Harapan itu masih dan akan selalu ada.
Wallahu a’lam…
(Catatan Kecil Pekanan)

25 Jun 2013

Syiah Diusir, Negara Kemana??


Syiah Diusir, Negara Kemana??

Sebuah judul yang dikeluarkan oleh salah satu acara di stasiun TV swasta yang dirasa provokatif. Mengarah kepada penggiringan opini masyarakat awam untuk membela syiah. Menarik ulasan dari ust. Kholili Hasib.

MENELISIK KASUS SYIAH SAMPANG DAN KERANCUAN TOLERANSI


Sudut pandang menilai kasus Syiah di Sampang harus terfokus pada akar persoalan. Bahwa kasus ini murni karena dipicu dakwah pelecehan Shahabat Nabi. M. Nur, mantan pengikut Tajul Muluk –pemimpin Syiah Sampang-- memberi kesaksian, “Sejak 2008 Tajul mulai menyampaikan khutbah Jumat bahwa rukun Islam ada 8, rukun iman ada 5, khalifah Nabi Muhammad bukan Abu Bakar, Abu Bakar dikatakan merampok dari Ali”. Demikian seperti dalam release laporan tim BASRA (Badan Silaturrahim Ulama Pesantren Madura) yang pernah berdialog dengan Tajul Muluk.

Berkaitan dengan itu, PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Jawa Timur pada Oktober 2012 mengirim peneliti yaitu HM. Shiddiq Abdurrahman untuk investigasi lapangan. Hasil investigasi PWNU di antaranya menyimpulkan bahwa ada indikasi kuat kejadian bentrokan telah disekenario sejak awal oleh Syiah. Menurut laporan PWNU yang dimuat majalah AULA edisi Oktober 2012, bahwa sekenario bentrok telah dipersiapkan di kota Malang. Mereka melanggar kesepakatan bahwa anak-anak Syiah mau dibina di pesantren Ahlussunnah, agar mereka tidak terjerak ajaran sesat. Berikut sebagian hasil investigasi PWNU Jawa Timur:

“Kala itu terjadi perdebatan sengit ketika ada rombongan anak-anak Syiah yang mau balik pondok. Para santri mempertanyakan keseriusan Pemkab Sampang untuk memondokkan mereka. Demikian juga mereka menolak tidak berangkat ke Bangil lantaran terikat aturan pesantren yang mengharuskan para santri untuk segera ke pondok. Pada saat bersamaan, penduduk bersikukuh untuk melarang rombongan meneruskan perjalanan lantaran sudah terikat kesepakatan bahwa anak-anak tersebut akan modok di pesantren Ahlussunnah bukan Syiah dengan biaya Pemkab.
Para penduduk yang awalnya mencegat, ikut mengawal minibus yang membawa anak-anak Syiah tersebut karena khawatir rombongan hanya pura-pura pulang, namun tetap berusaha berangkat dengan cara diam-diam. Saat akan memasuki kediaman Tajul inilah, ada seseorang Syiah yang membuat garis di jalan sambil mengingatkan dengan suara keras: “Polisi dan para penguntit dilarang masuk. Kalau sampai melewati garis, akan mati”. 

Dari arah pesantren Tajul Muluk, ternyata ada sekelompok orang berseragam serba hitam dengan senjata tajam terhunus di tangan. Dan benar adanya, begitu ada penduduk yang melewati garis, ternyata terjadi ledakan dan beberapa benda keras beterbangan. Sebagian penduduk terluka, termasuk dalam hal ini Kapolsek Omben. Suasana pun berubah liar, kedua belah pihak saling lempar batu.

Dengan siap siaganya beberapa orang yang bereseragam hitam dan menghunus senjata tajam, serta adanya bahan peledak di area kediaman Tajul Muluk, kuat indikasi bahwa kejadian tersebut sudah disekenariokan sejak awal. Bahkan ada kabar bahwa kondisi ini sudah dimusyawarahkan di Malang, meskipun kebenarannya perlu diungkap.

Para penduduk yang sejak awal memang tidak mempersiapkan diri untuk bertarung akhirnya terdesak. Terpaksa mereka mundur ke perkampungan, menghindar serangan warga Syiah. Dalam situasi terdesak, ada sebagian penduduk menggunakan pengeras suara milik Masjid. Dari speaker disampaikan kesediaan masyarakat sekitar untuk membantuk menghadapi serangan pengikut Tajul Muluk. Gayung pun bersambut. Terjadilah saling serang antar dua kubu”.

Dari laporan tersebut, sesungguhnya ada pelanggaran kesepakatan dari pihak Syiah. Jika saja, pengikut Tajul Muluk memenuhi kesepakatan dan menerima persyaratan damai dengan cara tidak akan menyebarkan ajaran pelecehan, pasti tidak akan terjadi bentrok.

Dari hasil kajian, beberapa pihak terkait melakukan upaya-upaya penyelesaian. MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim mencegah aliran Syiah dengan upaya edukatif, menerbitkan fatwa tentang Syiah. Surat fatwa bernomor 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 berisi kesesatan ajaran Syiah. Sementara Gubernur Jatim menerbitkan Peraturan Gubernur No. 55 Tahun 2012 Tentang Pembinaan Kegiatan Keagamaan dan Pengawasan Aliran Sesat di Jawa Timur.

Baik fatwa maupun Pergub Jatim diterbitkan untuk mencegah umat Islam Jatim melakukan tindakan tercela yang bisa memicu chaos. Upaya edukatif ini berusaha mewujudkan umat yang beradab, memahami etika beragama dan bermu’amalah antar sesama. Bahwa tindakan menghina ajaran lain bisa memantik konflik sosial. 

Dengan diterbitkannya dua surat keputusan tersebut, diharapkan di Sampang maupun di daerah-daerah lain tidak adalagi umat yang terinfiltrasi ajaran-ajaran ‘aneh’ dengan menghina Sahabat Nabi, istri Nabi dan lain-lain. Pemerintah bertanggung jawab dalam pembinaan penganut agama.

Berdasarkan hal itu, Pemkot Sampang pun berjanji membiayai anak-anak Syiah untuk mengirim ke pondok pesantren Ahlussunnah. Pencegahan dini harus dilakukan. Sebab, jika anak-anak tersebut dibiarkan jadi menganut ajaran penistaan terhadap Sahabat, maka Sampang akan terus membara lagi kelak.

Upaya-upaya aparatur pemerintah, ulama dan pihak keamanan harus didukung. Solusi mereka menyentuh akar utama penyebab konflik. Bahwa, penistaan terhadap Sahabat dan Istri Nabi yang dilakukan secara publik yang menjadi sebab bentrok. Menutupi akar utama, apalagi memotongnya justru akan memelihara konflik menjadi lebih besar lagi. 

Yang harus kita cerna baik-baik, bahwa kekerasan membabi buta adalah kriminil tapi bukan berarti Islam tidak memiliki sikap tegas terhadap penistaan agama. Terhadap aliran sesat, Islam memiliki aturan yang adil. Memang ada perintah bersikap ramah namun diperintah pula bersikap tegas. Dalam catatan sejarah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah merobohkan masjid Dhirar yang dibangun oleh Abu ‘Amir Ar-Rahib

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam harus bertindak tegas, sebab masjid Dhirar dibangun dengan tujuan untuk menghasut umat Islam, membela kaum kafir dan berefek memecah belah para sahabat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengirim beberapa orang untuk meruntuhkan masjid itu menjelang kedatangan beliau di Madinah. 


Peristiwa itu direkam dalam al-Qur’an: “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).” (QS. al-Taubah: 107-108).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin membiarkan penyimpangan itu yang bisa mamantik perpecahan umat Islam. Pertimbangannya dua hal penting; Abu ‘Amir Ar-Rahib berpotensi melakukan penyesatan massal dan memancing permusuhan. 

Yahudi bani Quinuqa’ dan bani Nadzir pernah diusir oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Madinah. Gara-garanya, mereka mengkhianati perjanjian. Bahkan, beberapa orang Yahudi dari bani Quraidzah dieksekusi karena ganasnya mereka memusuhi dan mengancam fisik para sahabat. Kecuali wanita dan anak-anak, mereka dilindungi dan diperlakukan dengan lembut (Sirah Ibn Hisyam jilid 3). 

Berbuat baik dan bersikap bijak terhadap non-muslim atau penganut kepercayaan yang berbeda, tidak menghalangi Islam untuk berdakwah. Mereka tetap disebut dakwah Islam, tapi bukan bersifat memaksa. Namun tidak ada kompromi terhadap penyimpangan agama, penistaan atau pencampur adukkan agama atas nama toleransi. Jika ada penyimpangan dan penistaan – yang bisa memancing konflik sosial – Islam segera mencegahnya, tidak boleh dibiarkan.

Dalam konteks Negara Indonesia, ajaran-ajaran ekstrim Syiah yang melecehkan Shahabat serta gerak dakwah politik Syiah harus jadi catatan pemerintah. Perlu ada penelusuruan lebih dalam lagi. Apalagi terdapat laporan tentang sayap militant Syiah. 

H. As’ad Said Ali, Wakil Ketua PBNU, pernah mengatakan bahwa terdapat jaringan militansi Syiah. Dalam tulisannya berjudul “Gerakan Syiah di Indonesia”, di www.nuonline.com pada 30/5/2011, As’ad berpendapat bahwa terdapat jaringan yang berupaya membuat lembaga bernama Marja’iyyat al-Taqlidi seperti di Iran. Pemicunya adalah, doktrin kemutlakan imamah berdasarkan politik.

Maka dapat disimpulkan bahwa ajaran pelecehan terhadap kesucian agama-lah yang sesungguhnya memicu konflik sosial. Ajaran seperti ini jika dibiarkan memperkeruh keamanan masyarakat, karena penodaan agama hakikatnya melanggar Hak Asasi Manusia. Pelecehan terhadap agama hakikatnya pelecehan terhadap hak manusia. Sebab, hak manusia yang paling asasi adalah hak untuk menjaga agamanya. Jika kesucian agama dihujat, maka telah terjadi pelanggaran hak asasi yang berat. Pelecehan agama bukan domain toleransi lagi, sebab toleransi adalah menghormati tanpa mencaci-maki. Jika konsep toleransi ‘dibumbui’ caci maki Shahabat, maka ini toleransi yang ilusi alias rancu.

Oleh: Kholili Hasib

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India