Ibu : Pak, mengapa bapak lebih bersemangat menyekolahkan anak kita ke lembaga bimbingan belajar fisika, matematika, dan bahasa inggris dibandingkan dengan mengkursuskannya ke majelis baca tulis al quran?
Bapak : Sudah jelas, ayah yang baik tentu menginginkan masa depan terbaik untuk anaknya, agar kelak dia mendapatkan pekerjaan yang baik, tempat tinggal yang baik dan hidup mapan.
Ibu : o...masa depan. Berapa lama kira-kira masa depan yang hidup mapan itu akan berlangsung?
Bapak : Ya tentu sampai tua, sekitar sampai umur 63 atau 70 tahun.
Ibu : Setelah itu akan kemana?
Bapak : Akan meninggal, ke alam kubur terlebih dahulu sebelum ke alam akhirat.
Ibu : Berapa lama di akhirat?
Bapak : Selama-lamanya.
Ibu : Pak, kira-kira lebih masa depan mana, yang 70 tahun hidup di dunia atau masa yang selama-lamanya di akhirat?
(Sang bapak tertegun menelan ludah sambil berpikir keras menggunakan logika kemudian berkata)
Bapak : Bu, cepat panggilkan pak ustadz agar mengajari anak kita baca tulis al quran. Jangan sampai kita tertipu dengan masa depan semu yang hanya sementara ini. Usahakan anak kita nanti bisa mengamalkan one day one juz agar masa depannya yang sesungguhnya benar-benar cerah dan penuh keridhoaan Allah SWT.
-------------------------->>>-
Masa depan itu bukanlah masa setelah lulus kuliah atau masa saat sudah dapat pekerjaan mapan, masa depan hakiki ialah masa setelah kematian, dimana harta yang dengan jerih payah kita kumpulkan akan menjadi tak berarti sedikit pun.
Kerja bolehlah kerja, bahkan tak sedikit yang telah benar meniatkannya dengan ibadah. Namun tak ada salahnya kita instrospeksi, apakah pekerjaan kita telah barokah?
Bagaimanakah pekerjaan kita dikatakan barokah?
(yakni) tatkala ia tidak membuat kita lalai dari segala perintah-Nya dan justru semakin mendekatkan kita untuk senantiasa mudah melakukan ibadah kepada-Nya.
#Fenomena
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.