19 Des 2014

Sayyid Qutb, Asy Syahid Pembela Tauhid

Tokoh kelahiran 9 Oktober 1906 itu adalah penulis kitab monumental “Fii Zhilaal Al-Qur`an”, “Ma’aalim fi Thariiq” dan “Al-Mustaqbal li haadzaa Ad Diin”. Tiga buku itu semuanya sudah diterjemahkan dengan bahasa Indonesia oleh sejumlah penerbit. Dan ketiga buku itu juga mendapat pasar yang luas di kalangan Muslim Dunia.
Memang ada perdebatan tentang metode berpikir Sayyid Qutb dalam tulisan-tulisannya yang tegas menyatakan kejahiliyahan masyarakat modern terkait keharusan hakimiyah (penghakiman) yang tidak merujuk kepada Allah swt. Tapi bagaimanapun, peri hidup Sayyid Qutb tetaplah penting diulas sebagai bagian dari perjalanan seorang yang rela mengorbankan dirinya untuk membela tauhid yang diyakini kebenarannya.
Sepintas Kehidupan Sayyid Qutb Sayyid Quthb gugur di tiang gantungan pada tanggal 20 Agustus 1966. Ia dikenal sebagai tokoh yang totalitas berjuang untuk agamanya, menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah, seorang mukmin yang begitu kuat keyakinannya. Ia persembahkan nyawanya yang ‘murah’ kepada keyakinan dan akidahnya. Ia lewati bertahun tahun usia terakhirnya di penjara. Ia tuangkan jiwa dan pikirannya yang luar biasa dalam lembar-lembar tulisan tangannya dengan untaian kata yang penuh makna dan bernilai sastra. Hampir semua orang yang membacanya, bisa merasakan getar ruhani dan pikirannya dari bunyi tulisan penanya yang tercantum hebat dalam karya-karya tulisnya.
Sayyid Qutb mendapat pendidikan pertama di rumah dari orang tua yang kuat beragama. Usia 6 tahun, Qutb diantar ke sekolah rendah di kampungnya, Assiyut. Dan pada usia 7 tahun ia mulai menghafal Al-Qur’an. Dalam tiga tahun berikutnya, ia telah menghafal seluruh Al-Qur`an.
Awal dekade 1940-an, satu era baru telah mulai terjadi dalam kehidupan Sayyid Qutb, sebagai masa pencerahan kesadarannya terhadap Islam. Dalam karya tulisnya, ia mulai menulis beberapa seri “At-Taswir Fanni Fil Qur’an” pada tahun 1939. Tulisan ini mengupas indahnya seni yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Pada tahun 1945 ia menulis sebuah kitab bertajuk “Masyahidul Qiamah Fil Qur’an” yang isinya menggambarkan peristiwa hari kiamat dalam Al-Qur`an. Dan pada tahun 1948, Sayyid Qutb menghasilkan sebuah buku berjudul “Al-Adalah Al-Ijtima’iyyah Fil Islam” atau Keadilan Sosial dalam Islam. Dalam kitab ini, ia tegas menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati hanya akan tercapai bila masyarakat menerapkan sistem Islam.
Fase terakhir perjalanan Sayyid Qutb berawal pada tahun 1951, saat ia mulai bergabung dengan Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun, sampai tahun wafatnya di tiang gantungan tahun 1966. Baginya, rentang masa itu sangat penting dan karenanya ia pernah mengatakan bahw tahun 1951 adalah tahun kelahirannya. Sayyid Qutb bergabung bersama Al-Ikhwan Al-Muslmun, dua tahun selah wafatnya Imam Hassan al-Banna yang merupakan pendiri Al-Ikhwan, pada tahun 1949. Mereka tidak pernah bertemu muka, meski dilahirkan di tahun yang sama 1906, dan dididik di tempat yang sama, di Darul Ulum.
Namun di antara mereka mempunyai kesatuan jiwa dan kesamaan orientasi berpikir. Sebelumnya, ketika Hasan Al-Banna membaca buku “Al-’Adalah Al-Ijtima’iyyah Fil Islam”, karangan Sayyid Qutb, ia menganggap pengarangnya adalah bagian dari Al-Ikhwan. Lalu, al-Banna telah mengatakan bahwa “orang ini” (Sayyid Qutb) tidak lama lagi akan bergabung bersama Al-Ikhwan.
Sayyid Qutb juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Hassan Al-Banna. Kematian Al-Banna sangat membekas dalam jiwanya, meski ia belum pernah bersama dengan Al-Banna. Berita kematian Al-Banna diterimanya dengan perasaan tragis saat ia dirawat di sebuah rumah sakit di Amerika. Karena orang-orang Amerika bergembira menyambut berita kematian Al-Banna. Pulang dari AS, Sayyid Qutb mengkaji kehidupan Al-Banna dan membaca seluruh risalah karangannya. Selanjutnya ia pun memutuskan untuk memikul amanah perjuangan Hassan al-Banna.
Beberapa karya Sayyid Qutb selanjutnya adalah: Haaza ad Din, Al-Musta qbal li hadza ad diin, khashaish tashawwur al-Islami, ma’alim fi thariq, dan tafsir fii zilali al-Qur`an. Pesan utama yang ditekankan Qutb di dalam tulisan-tulisannya adalah konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri’ (pembuatan peraturan). Dan karenanya, menurut Qutb ikrar Lailaha ilalLah adalah pernyataan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi Nya. Maka seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hakNya.
Pada13 Januari 1954, Revolusi Mesir melarang Al-Ikhwan Al-Muslimun dan para pimpinannya ditangkap karena dituduh sedang kudeta. Tanpa bukti yang jelas, tujuh orang pimpinan tertinggi Al-Ikhwan dijatuhi hukuman mati, termasuk Hasan Hudhaibi, Abdul Qadir Audah dan Syeikh Muhammad Farghali, ketua sukarelawan Mujahidin Ikhwan al-Muslimin di dalam Perang Suez 1948. Tapi hukuman terhadap Hasan Hudhaibi dirubah menjadi penjara seumur hidup dan Sayyid Qutb dihukum penjara lima belas tahun dengan kerja berat.
Pada tahun 1964, Sayyid Qutb telah dibebaskan atas permintaan pribadi Abdul Salam Arif, Presiden Iraq. Tapi Pemerintahan Revolusi Mesir belum menerima pembebasan tersebut. Setelah Presiden Abdul Salam Arif meninggal dalam satu musibah pesawat udara, Qutb ditangkap lagi pada tahun berikutnya. Alasannya adalah karena Qutb dituduh kembali merancang kudeta. Selain itu, Mahkamah Revolusi merujuk pada buku-buku Sayyid Quthb terutama Maalim Fi At Thariiq, yang mendasari pernyataan seruan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang tidak berdasarkan Syari’at Allah.
Sayyid Qutb ditahan bersama seluruh anggota keluarganya. Sebelum hukuman gantung dilaksanakan, Presiden Naser menghantar utusan menemui Sayyid Qutb. Melalui utusan itu Presiden Naser meminta agar Sayyid Qutb menulis pernyataan meminta ampun agar ia dibebaskan. Tapi Sayyid Qutb dengan tegas menjawab; “Telunjuk yang bersyahadah setiap kali dalam shalat menegaskan bahwa Tiada Ilah yang disembah dengan sesungguhnya melainkan Allah dan Muhamad adalah Rasulullah, dan aku takkan menulis satu perkataan yang hina. Jika aku dipenjara karena kebenaran aku ridha. Jika aku dipenjara secara batil, aku tidak akan menuntut rahmat daripada kebatilan. ”
Pagi hari Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Qutb digantung bersama-sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah Ismail. Dunia Islampun kehilangan salah satu pejuangnya yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela tauhid.

16 Des 2014

Dr. Abdullah Yusuf Azzam "Father of Global Jihad"


DR. Abdullah Azzam dilahirkan tahun 1941 di Desa Sailatul Haritsiyah, Palestina. Hafal Al Qur’an, ribuan hadits dan syair. Menikah pada usia 18 tahun, kemudian hijrah ke Yordania. Pada tahun 1966 meraih gelar Lc pada Fakultas Syariah Universitas Damaskus Syiria dengan cara studi jarak jauh (intisab). Tahun 1969 meraih gelar master. Tahun 1973 menyelesaikan Program Doktoral dalam bidang Ushul Fiqh di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dengan predikat Asyraful ‘ula (cumlaude).

Tahun 1980 diusir pemerintah Yordania karena aktivitas keislamannya, kemudian mengajar di Universitas King ‘Abdul Aziz, saudi Arabia. Tahun 1982 hijrah ke Pakistan, karena ingin berkonsentrasi pada jihad Afghan. Tahun 1984 bekerja di Rabithah ‘Alam Islami sebagai Mustasyar (penasehat) dalam bidang Pendidikan untuk mujahidin Afghanistan.

Ketika di Yordania, beliau sudah berjihad di perbatasan Palestina – Yordania sampai beliau diusir pemerintah Yordania. Di Pakistan beliau berinteraksi dengan parapemimpim Mujahidin Afghan, seperti Ustadz Sayyaf, Hekmatyar, Burhanuddin Rabbani, dan Yunus Khalis. Sering beliau pergi ke medan jihad di Afghanistan. Setelah tahun 1967 pada Perang Enam Haridan Israel menduduki Tepi Barat, Syekh Azzam pindah ke Yordania dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin Palestina. Kemudian ketika berada di Peshawar (Daerah Pakistan), bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Sheikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Services Bureau atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi Jihad Afghanistan dan Para Mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang Jihad.

Kesimpulan beliau tentang jihad afghan adalah bahwa jihad Afghan adalah jihad islami, hukumnya fardhu ‘ain. Umat Islam seluruh dunia wajib mendukung jihad Afghan. Sejak itu, Dr. Abdullah Azzam mengkonsentrasikan seluruh potensi dirinya pada jihad Afghan hingga menemui kesyahidannya pada hari Jum’at, 24 Nopember 1989, ketika mobil yang ditumpangi bersama kedua anaknya dalam perjalanan ke masjid untuk memberikankhutbah Jum’at meledak karena bom yang dipasang oleh musuh-musuh Islam.

Asy Syahid Abdullah Azzam telah berjihad di Palestina sebelum bergabung dengan para mujahidin di Afghanistan. Lantas beliau bertekad tidak akan berhenti berjuang atau meletakkan senjata dari tangannya sebelum melihat tegaknya Daulah Islamiyah dan negeri-negeri Islam yang dianeksasi kembali kepada pemiliknya (yakni kaum muslimin). Ibaratnya beliau adalah madrasah jihad yang riil (nyata). Dengan madrasah jihadtersebut, Asy Syahid mengembalikan kepercaaan diri umat serta menumbuhkan secercah harapan dalam relung hati mereka bahwa umat ini bisa mencapai kejayaannya kembali jihad menjadikan Al Jihad sebagai manhajnya dan melangkah di atas jalan Nabi serta para shahabatnya.

Demikianlah, Asy Syahid Abdullah Azzam menjadi pejuang yang gigih. Dia bekerja untuk mengembalikan umat yang telah jauh menyimpang dan lamat tersesat ke jalannya semula. Dan kita mendapatkan berita-berita yang menggembirakan itu dengan goncangan para penguasa lalim dan congkak serta hancurnya belenggu yang lama mengikat kesadaran umat Islam.

Asy syahid telah menjelajahi ayat-ayat tentang jihad dan hadits-haditsnya, lalu dia mniru langkah-langkah nabi dalam jihadnya, serta berjalan mengikuti jejak para shahabat dan para tabiin. Ketika asy syahid merasa bahwa pohon agama ini mulai layu dan kering, diapun memantapkan tekadnya untuk menyiram pohon tersebut dengan darahnya.

Orang yang menengok khotbah-khotbahnya, ceramahnya serta kuliah-kuliahnya akan merasakan kejujuran kata penyampainya. Adapun bukti yang paling kuat atas hal itu adalah asy syahid telah membuktikan kata-kata tersebut dengan darahnya yang suci. Ucapannya, pidatonya, kuliahnya telah dia tulis dengan darahnya sesudah dia tulis dengan keringat dan air matanya.
 
Syahid Saat Hendak Sholat Jumat

Tentu saja komitmen yang begitu tinggi pada Islam menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Mereka bersekongkol untuk membunuh beliau. Pada tahun 1989, sebuah bom diletakkan di bawah mimbar yang ia gunakan untuk menyampaikan khutbah Jumat. Bahan letupan itu sangat berbahaya dan ledakannya akan memusnahkan masjid tersebut bersama dengan semua benda dan jamaah di dalamnya. Tetapi dengan perlindungan Allah, bom tersebut tidak meledak dan ratusan orang Islam selamat.

Musuh-musuh Islam terus berupaya membunuh Abdullah Azzam. Pada hari Jum’at, 24 November 1989 di Peshawar, Pakistan, mereka telah menanam tiga buah bom di jalan yang sempit. Abdullah Azzam memarkirkan mobilnya di posisi bom pertama dan kemudian berjalan ke masjid untuk shalat Jum’at. Bom pun meledak dan Abdullah Azzam gugur bersama dengan dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, beserta dengan anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (pejuang di Afghan).

Ledakan bom seberat 20kg TNT dilakukan dengan alat kontrol jarak jauh. Setelah ledakan kuat itu itu orang-orang keluar dari masjid dan melihat keadaan yang mengerikan. Hanya bahagian kecil dari mobil tersebut yang kelihatan. Anak Abdullah Azzam, Ibrahim, terpental 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Serpihan mayat mereka bertaburan di atas kabel-kabel listrik.

Tubuh Abdullah Azzam ditemukan bersandar pada sebuah tembok, dalam keadaan sempurna dan tiada luka atau cedera kecuali sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Seperti itulah akhir kehidupan seorang Mujahid di dunia ini dan insya-Allah kehidupannya akan terus berlanjut di sisi Allah swt.Abdullah Azzam dikebumikan di Tanah Perkuburan Shuhada Pabi di mana beliau menyertai ribuan para syuhada. (era/trbw)

7 Des 2014

Unggul dalam Perkara Akhirat

Jika engkau melihat seseorang mengunggulimu begitu jauh dalam perkara dunia
Maka bersegeralah engkau mengunggulinya dalam perkara akhirat

Karena sesungguhnya perkara dunia itu hanya sementara
Sedangkan perkara akhirat itu akan mendatangkan kebahagiaan yang selama-lamanya

Maka sungguhlah kasihan seseorang, yang tatkala melihat orang lain berlimpah ruah dalam urusan  dunia, hatinya tetap bersedih

Tak tahukah dia bahwa keberkahan amalan akhirat amatlah mudah ia dapatkan?
Namun kebanyakan orang memang tak mengetahui

#terinspirasi dari Hasan Bashri


4 Des 2014

Kesalihan Sosial Adalah yang Utama

Betapa banyak dari sebagian bahkan mayoritas kaum muslimin mengharapkan dapat menjadi seseorang yang salih, yang senantiasa taat dalam menjalankan setiap aktivitas ibadahnya kepada Allah SWT. Hal ini tidak salah, bahkan menjadi anjuran yang ditekankan oleh agama, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam dalam sebuah hadits,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia)”
 (H.R Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah & Hakim)

Ibadah-ibadah yang bersifat mahdhoh ini tentu saja akan meningkatkan level kesalihan seseorang secara individu. Namun cukupkah seseorang dengan kesalihan individu tersebut mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah ta’ala?

Kebanyakan orang menilai bahwa kesalihan seseorang dapat diukur dari banyaknya aktivitas-aktivitas ibadah ritualnya saja, misal dari banyaknya sholat yang dikerjakan, banyaknya puasa, ataupun bacaan dzikirnya. Padahal Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam justru lebih menekankan aspek kesalihan sosial daripada sekedar kesalihan individu.

Mari kita cermati beberapa buah hadits dari Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam berikut,

“Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Para sahabat RA. bertanya: Siapakah gerangan ya Rasulallah? Beliau menjawab: “Dia adalah seseorang yang membuat tetangganya tidak merasa aman dari gangguan dan keburukannya” (HR. Al-Hakim).

“Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur malam dengan kenyang, sedangkan ia tahu bahwa, tetangga sebelahnya tengah kelaparan” (HR. At-Thabrani, Al-Bazzar dan lain-lain, serta dihasankan oleh Al-Albani).

Dalam hadits di atas jelas bahwa Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam sangat menekankan aspek kepedulian sosial dalam menentukan parameter keimanan seseorang. Bahkan beliau shollallahu’alaihi wa sallam sampai mengatakan tidak beriman seseorang yang membiarkan tetangganya kelaparan. Subhanallah !

Dalam hadits yang lain Rasulullah shollallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Penyantun janda tua dan orang miskin itu nilainya setara dengan orang yang berjihad fi sabilillah, atau seperti orang yang berpuasa tanpa putus dan yang shalat malam tanpa henti” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Maukah kalian Aku beri tahu tentang amal yang lebih tinggi daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”. Para ahabat menjawab: Tentu saja kami mau. Beliau lalu melanjutkan sabdanya: “Yaitu mendamaikan hubungan sesama. Karena rusaknya hubungan sesama itu ibarat gunting penyukur. Tapi bukan gunting yang mencukur rambut, melainkan yang menggunting agama” 
(HR. Abu Dawud).

“Muslim yang baik adalah ketika orang lain telah merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sejenak kembali kita renungkan hadits di atas. Betapa banyak dari golongan salafussalih menginginkan agar dapat melaksanakan jihad di jalan Allah dan shalat malam. Karena memang amalamn-amalan ibadah itu adalah amalan yang amat agung pahalanya. Namun kembali beliau shollallahu’alaihi wa sallam menegaskan bahwa menyantuni fakir miskin dan mendamaikan sesama manusia adalah lebih afdhal (utama) dari semua ibadah ritual individu.

Begitulah islam mengajarkan kepada manusia. Dari sisi kemanusiaan pun islam tidak memperkenankan egoisme walaupun untuk kepentingan ibadah sekalipun. Islam adalah agama terdepan dalam mengusung konsep sosialitas dan solidaritas antar sesama. Dan memang benar, dengan kesalihan sosial ini islam akan tampil lebih indah dan mempesona di mata pemeluk agama lain.

Dengan semua itu, maka tak cukup bagi kita seorang muslim merasa puas atas capaian kesalihan individu saja. Saatnya menjadi muslim yang lebih bermanfaat untuk sesama.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”.

(HR. Ahmad, Thabrani)


18 Nov 2014

Orang Beriman Bijak Menyikapi Realita

Tahan....
Walaupun hati bergejolak, nampaknya menahan diri dari mengeluarkan kata-kata cacian adalah lebih baik dan bijaksana daripada mengumbar emosi yg berlebihan.
Perkataan yg buruk hanya akan membusukkan hati, menggelapkan pikiran dan menjauhkan dari ridho Allah.
Soal ujian itu tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kalau salah jawabannya. Persoalan hidup itu tidak berbahaya, yang berbahaya adalah kalau salah menyikapinya.
Dahulu, di zaman para sahabat pernah terjadi kenaikan harga barang-barang. Mereka lalu mengadukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik, maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang."
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,
"Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta." (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan Al-Albani)
Mari, setidaknya kita berusaha beriman dan tunduk kepada takdir. Tidak terlampau gelisah dlm menghadapi kenaikan harga. Semua sikap ini tidak akan menjadi solusi, justru hanya akan memperkeruh keadaan.
Jatah rizki yang telah Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang.
Terkait dengan hal ini, jauh-jauh hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya agar jangan sampai mereka merasa rezekinya terhambat.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidak akan mati sampai sempurna jatah rezekinya, karena itu, jangan kalian merasa rezeki kalian terhambat dan bertakwalah kepada Allah, wahai sekalian manusia. Carilah rezeki dengan baik, ambil yang halal dan tinggalkan yang haram.”
(HR. Baihaqi, dishahihkan Hakim dalam Al-Mustadrak dan disepakati Ad-Dzahabi)
Allah swt berfirman,
"Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat."
(QS. As-Syura: 27)
Ibnu Katsir mengatakan maksud ayat di atas,
"Allah memberi rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu, sehingga Allah memberikan kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah menjadikan miskin sebagian orang yang layak untuk miskin." (Tafsir Alquran al-Adzim,7:206)
Namun yg harus dicatat, hadist ini tidak dimaksudkan agar kita berdiam diri dan enggan melakukan aktivitas mencari rezeki. Tugas kita hanyalah meluruskan niat, sempurnakan ikhtiar dan akhiri dengan tawakkal.
Jaga sholat kita semahal apa pun harga pangan.
"Perintahkahlah keluargamu untuk shalat dan bersabarlah dalam menjaga shalat. Aku tidak meminta rizki darimu, Aku yang akan memberikan rizki kepadamu. Akibat baik untuk orang yang bertaqwa." (QS. Thaha: 132)
Selamat bekerja.



31 Okt 2014

Antara Dulu dan Sekarang

Antara dulu dan sekarang...

Dulu ... 
Aku sangat kagum 
pada manusia cerdas, berpendidikan tinggi, kaya, dan yang berhasil dalam karir
Hidup sukses & hebat dalam dunianya.

Sekarang ...
Aku memilih untuk mengganti kriteria kekagumanku
Aku lebih memilih kagum dengan manusia yang hebat di mata-Nya
Senantiasa taat dalam perintah-perintah-Nya
Sekalipun kadang penampilannya begitu biasa dan sederhana apa adanya.

Dulu ...
Aku memilih marah,
ketika merasa harga diriku dijatuhkan oleh orang lain yang berlaku kasar padaku & menyakitiku dengan kalimat sindiran dan celaan.

Sekarang ...
Aku memilih untuk lebih banyak bersabar & memaafkan, 
Karena aku yakin ada hikmah lain yang datang dari mereka ketika aku mampu untuk memaafkan & bersabar.

Dulu ...
Aku memilih mengejar dunia dan menumpuknya sebisaku,
Ternyata aku sadari kebutuhanku hanyalah makan & minum untuk hari ini.

Sekarang ...
Aku memilih untuk bersyukur dan bersyukur dengan apa yang ada & memikirkan bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini, dengan apa yang bisa aku lakukan/perbuat & bermanfaat untuk sesamaku.

Dulu ...
Aku berpikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tua, saudara & temanku jika aku berhasil dengan duniaku,
Ternyata yang membuat mereka bahagia bukan itu melainkan ucapan, sikap, tingkah & sapaanku kepada mereka.

Sekarang ...
Aku memilih untuk membuat mereka bahagia dengan apa yang ada padaku.

Dulu ...
Fokus pikiranku adalah membuat rencana dahsyat untuk duniaku,
Ternyata aku menjumpai teman & saudara2ku begitu cepat menghadap kepada-Nya....

Sekarang ...
yang menjadi fokus pikiran & rencanaku adalah bagaimana agar hidupku dapat berkenan di mata-Nya dan sesama jika suatu saat diriku dipanggil oleh-Nya.

Bukankah tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat menikmati teriknya matahari besok?



21 Okt 2014

Jatuh Bangun Timnas U-19

Penampilan kurang memuaskan ditunjukkan timnas u-19 di Asian Cup 2014. Tak sedikit supporter yg mencaci. Mungkin sdh jadi resiko pemain timnas, dielu-elukan ketika menang, namun dihina serendah-rendahnya tatkala kalah. Bagi saya timnas sudah melakukan yang terbaik, dan saya tetap mendukung walaupun tetap harus ada pembenahan dan perbaikan.
Maju terus garuda jaya..
Jayalah Indonesia..
"If you can't support us when we lose or draw, don't support us when we win."
"Jika kalian tidak bisa mendukung kami di saat kami kalah, jangan pernah bersorak gembira di saat kami menang."


Nasihat Abu Bakar Ash-Shidiq

Ahli ibadah itu ada tiga golongan dan setiap golongannya ada tiga indikator yang sangat mudah dikenali. Golongan pertama ialah orang yang selalu menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan takut kepada-Nya (al-khauf). Golongan kedua ialah yang menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan harap (al-raja`). Golongan ketiga ialah yang menghambakan dirinya kepada Allah di atas jalan cinta (al-hubb). 

Indikator golongan pertama ialah (1) merasa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Swt, (2) memandang sedikit kebaikannya, dan (3) memandang banyak kesalahannya. 

Indikator golongan kedua ialah (1) menjadi qudwah (teladan/panutan) bagi manusia dalam semua keadaan, (2) menjadi orang yang paling pemurah sehubungan dengan hartanya di dunia, dan (3) menjadi orang yang paling berhusnuzhzhan kepada Allah Swt dalam seluruh penciptaan-Nya. 

Adapun indikator golongan ketiga ialah (1) memberikan segala yang dicintainya dan tidak peduli asalkan diridhai Rabbnya, (2) melakukan sesuatu yang dirinya tidak menyukainya asalkan diridhai Rabbnya, dan (3) dalam keadaan apapun ia selalu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

(Abu Bakar r.a)





18 Okt 2014

Keluarga Sakinah & Barokah

Satu per satu, pengurus harian dari Kabinet Syiar Bersahabat telah menggenapkan separuh agamanya. Belum genap 2 tahun dari lengsernya kepengurusan, sudah 6 orang PH yg telah melangsungkan akad nikah.
Diawali oleh akhina al hafizh Mujahid tgl 10 Maret 2013, kemudian akhChaironi Latif tgl 5 Juli 2013, disusul salah satu PH akhawat Rizki Amalia F. Ktgl 15 Pebruari 2014. Berikutnya akhina M. Erwin Hidayat tgl 13 September 2014. Dan yg terbaru dan terasa begitu istimewa adalah diucapkannya janji suci antara akhina Agus Budi Raharjo dgn ukhti Asih Kurniasih LumaeLakarena keduanya merupakan rekan kami satu kabinet tatkala berjuang bersama di JMMI ITS. Teringat petuah seorang ustdz di Manarul Ilmi, "Kalau ada teman sendiri yang baik (agamanya) kenapa harus cari yang lain"?
Nampaknya memang tak salah jika nama kabinet ini (KSB) dipelintir menjadi 'Keluarga Sakinah & Barokah', sekaligus mendobrak paradigma bahwa (eks) pengurus JMMI nikahnya lama-lama.
Kami ucapkan barakallahu lakuma wa baraka'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khoir utk semua saudara2 kami yg kini sdh berumah tangga. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah dan segera melahirkan generasi qur'ani yg siap membela agama dan berjuang dalam dakwah.
Tentu antum (semua) sdh tahu doa yg seyogyanya kalian panjatkan utk kami yg masih bujangan. Barakallahu fii umrik.









9 Okt 2014

International Moeslem Culture Exhibition 2014

Selama empat hari ini, kami mengadakan eksibisi 'International Moeslem Culture Exhibition' bertajuk 'Islam is Beautiful' di International Building kampus NTUST. Kebanyakan yang hadir dan menyaksikan event ini adalah mereka, mahasiswa mahasiswi lokal yg kebetulan belum mengenal agama (non religious). Maksud kami mengundang mereka di sini tak lain adalah untuk diperkenalkan dengan berbagai ajaran islam, mulai dari pilar-pilar islam, syariat & Al Quran, budaya, makanan halal, dsb.

Diantara mereka ada yg antusias dan serius bertanya tentang apa itu islam, dimana Allah berada, siapa Muhammad, mengapa muslim tak mau makan daging babi, mengapa muslim tak mau disentuh lelaki/wanita lain, dan berbagai pertanyaan lain. Bahkan ada beberapa pengunjung yg serius bertanya dan berkemauan untuk menindaklanjuti diskusi tanya jawab dan belajar islam lebih dalam. Semoga dengan ini pintu hidayah menjadi lebih dekat kepada mereka sehingga bersedia menerima islam sebagai satu-satunya agama yang pantas untuk dipilih.

Dan semoga bagi kami, ini bisa disaksikan sebagai sebuah amalan dakwah yang diridhoi oleh Allah SWT sehingga menambah keberkahan studi kami di sini. Aamiin.

https://www.youtube.com/watch?v=F7S_qiszmNU

2 Okt 2014

Ambil Pandangan Positif dari Pilkada Via DPRD

Sebagai rakyat biasa, mau tidak mau kita harus menerima putusan bahwa Pilkada akan dilakukan melalui permusyawaratan dan perwakilan DPRD. Karena memang begitulah konsekuensi yg harus siap kita terima jika negara ini menganut sistem demokrasi yg katanya Pancasila. Semua pihak harus legowo, layaknya para pendukung Pak Prabowo yang harus rela dan mengakui bahwa Pak Jokowi lah yang menang.
Setidaknya saya mencoba memprediksi salah satu poin plus dari opsi sistem pemilihan yang seperti ini daripada harus berdebat dan saling hujat satu sama lain yang sebenarnya hal itu sudah diwakilkan oleh wakli rakyat di Senayan beberapa waktu lalu.
Setidaknya ada beberapa pihak yang merasa dirugikan akibat pilkada tidak langsung, diantaranya : - rakyat penggemar money politics - lembaga survey inkredibel - kelompok buzzer sosial media - politisi artis karbitan yg mengandalkan pencitraan - jasa pengerahan massa
Dengan demikian, kita berharap bahwa sistem pemilihan yg akan diterapkan ini bisa lebih mendekati kepada kebaikan bersama, karena jika boleh dikomparasikan dengan sistem islam, ini lebih mendekati dengan sistem syuro (musyawarah) dimana orang-orang menunjuk para ahli (sebagai ahlul halli wal aqdi) untuk bermusyawarah memilih seorang pemimpin.



Boleh Berpuasa Hari Jumat Saja, Jika . . .

Memang benar umat islam tidak diperbolehkan berpuasa (dengan mengkhususkan) di hari Jumat saja. Sebagaimana hadits,
"Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at kecuali jika ia berpuasa pula pada hari sebelum atau sesudahnya.”
(HR. Bukhari no. 1849 dan Muslim no. 1929)
Namun jika suatu hari Jumat bertepatan dengan kebiasaan-kebiasaan seorang islam berpuasa nafilah, seperti puasa Arofah (9 Dzulhijah), puasa Asyuro (10 Muharram), puasa Dawud, maka tidaklah mengapa seseorang berpuasa pada hari Jumat saja, tentu dilakukan dengan niat karena menjalankan puasa-puasa sunnah tersebut dan bukan berniat mengerjakan puasa dengan pengkhususan hari Jumat.


30 Sep 2014

Ketidakterkaitan antara Haji, Puasa Arofah dan Hari Raya I'd

Ibadah Haji, Idul Adha dan puasa Arofah, ketiganya merupakan ibadah mustaqillah (terpisah satu sama lain), bukan satu rangkaian kecuali di tanah Haram (Makkah) saat kondisi aman. Sebab haji adalah ibadah yang terikat dengan waktu dan tempat sekaligus, sedangkan hari raya 'Id dan puasa Arofah adalah ibadah yang hanya terikat dengan waktu saja. Sehingga jika pada waktu pelaksanaan ibadah haji, tanah haram (Mekkah atau Saudi secara umum) sedang tidak aman, maka kewajiban haji menjadi gugur, namun tidak demikian dengan hai raya 'Id dan puasa Arofah. Baik di Saudi sedang aman atau sedang ada perang, baik ada orang yg wuquf atau tidak ada yg wuquf, maka secara syar'i kaum muslimin tetap disunnahkan melakukan sholat 'Id dan puasa Arofah.

Dengan demikian, Hari raya 'Id dan puasa Arofah di negara yang bukan Saudi atau di negara yg awal bulan Dzulhijah-nya tidak sama dengan Saudi, tidak harus tergantung dengan pelaksanaan haji dan adanya wuquf di Arofah. Sebab memang 'Id dan puasa Arofah tidak ada kaitannya dengan orang yg wuquf di Arofah.

Lalu bagaimana bisa puasa Arofah tidak harus menyesuaikan orang yang sedang wuquf di Arofah?

1. Arofah menurut Ibnu Abidin (dalam Hasyiah Raddil Mukhtar II/92) adalah nama hari dan nama tempat. Arofah adalah nama hari ke-9 dari bulan Dzulhijah. Dan penamaan Arofah dengan pengertian tanggal 9 Dzulhijah dan dengan pengertian tempat di tanah Haram sudah digunakan sebelum disyariatkannya haji dan bukan karena adanya orang wuquf dalam ibadah haji.
2. Istilah 'Shaum Yaumi Arofah' telah disabdakan Rasullullah sebelum disyariatkannya haji, artinya bahwa Rasullullah tidak mengaitkan puasa Arofah dengan orang yang sedang wuquf di Arofah, bahkan Rasullullah telah melaksanakan puasa Arofah jauh sebelum ada orang yang wuquf di Arofah. Kalimat 'Shoum Yaumi Arofah' dalam kaidah bahasa disebut 'idhafah bayaniyah' yg artinya adalah keterangan waktu dan bukan idhafah makaniyah/keterangan tempat, dan bukan pula idhafah fi'liyah/keterangan peristiwa. Dengan demikian penyandaran kata 'shoum' pada kalimah 'yaumi arofah' adalah untuk menunjukkan bahwa Yaumu Arofah (hari ke-9 Dzulhijah) itulah sebagai syarah sahnya shoum tersebut. Dengan kata lain shoum Arofah terikat dengan miqot zamani/ketentuan waktu, dan bukan terikat dengan miqot makani/ketentuan tempat, dan bukan pula terikat miqot fi'li/ketentuan peristiwa. Ketentuan puasa Arofah harus pada tanggal 9 Dzulhijah itulah yang juga sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yg lain.

"Adalah Rasullullah berpuasa hari ke-9 Dzulhijah, dan hari ke-10 Muharram, dan 3 hari pada setiap bulan." (Hadist Shahih riwayat Abu Daud, Ahmad, dan Baihaqi.)
Hadist tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan puasa-puasa tersebut terikat dengan miqot zamani (waktu) semua.

Adapun terkait penyikapan kita untuk ikut hari raya 'Id yang tanggal berapa, hendaknya kita lebih mengutamakan persatuan ummat karena memang itulah yang dituntunkan oleh Rasullullah Shollallahu 'alaihi wasallam (yang artinya) :

"Waktu permulaan puasa Ramadhan adalah pada hari dimana kaum muslimin semua (atau setidaknya mayoritas) sama-sama berpuasa. Dan waktu idul fitri adalah pada hari dimana kaum muslimin semua (atau setidaknya mayoritas) sama-sama ber-idul fitri. Serta waktu idul adha adalah pada hari dimana kaum muslimin semua (atau setidaknya mayoritas) sama-sama berhari raya idul adha. (H.R Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Ahmad Syakir dan Al Albani)

Meskipun demikian, pengambilan penyikapan tersebut tetap harus dilandasi oleh jiwa tasamuh (toleransi) yang tinggi yang dibuktikan dengan sikap pengakuan dan penghormatan terhadap pilihan yang lain.

Akhirnya, selamat (mempersiapkan) ibadah puasa Arofah dan berhari rayalah dengan suka cita. Salam ukhuwah dari kami kaum muslimin di Taipei yang berhari raya Idul Adha pada hari Sabtu, 4 Oktober 2014. Sisipkan doa untuk kami, agar senantiasa tetap istiqomah dalam minoritas.

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)
*tulisan diambil dan dirangkum dari beberapa kajian ustadz IKADI Jawa TImur.



8 Sep 2014

Tetap Pegang Teguh Sunnah

Hari ini (8/9/2014), dengan segala kuasa dan izin dari-Nya, Allah ta'ala memberikan kesempatan kepada saya utk silaturahim di bandara internasional Chang-i dan bandara Taoyuan, Taipei. Kemudian entah mengapa di kedua bandara tsb saya mendapat perlakuan yg cukup 'istimewa' dibandingkan rekan2 yg lain. Jika teman sya semuanya lancar dan proses pemeriksaan berlangsung cepat, maka sya hrs mendapat berbagai pertanyaan tambahan dan pemeriksaan barang bawaan yg lebih ketat.

Apa itu smua diakibatkan karena saya berjenggot? entahlah. wallahu a'lam. Yang jelas memelihara jenggot ini adalah bagian dari sunnah. Dan senantiasa berusaha mengamalkan sunnah saat menjadi minoriti adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi seorang muslim. Maka tak perlu sikap minder itu dimiliki oleh seorang mukmin. Itu adalah salah satu wujud kecintaan kita kepada agama dan Rasul-Nya.

Akhirnya kami yg ada disini senantiasa berdoa agar selalu diberikan keistiqomahan dalam menuntut ilmu dan beramal agama. Dimana pun bumi Allah dipijak, disitulah agamaa-Nya harus senantiasa ditinggikan.

*Assalamu'alaikum Taipei



Nasihat untuk Harokah

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan mengenai sebagian ciri-ciri Ahlul bid’ ah (syi'ah, khawarij, mu'tazilah, dll) yakni mereka sangat fanatik kepada pendapat-pendapat ulama/pemimpin golongan mereka saja. Sehingga mereka pun tidak mau kembali kepada kebenaran meskipun kebenaran itu sudah tampak jelas bagi mereka. 

Tentu hal ini menjadi nasihat yg jelas kepada kita kaum muslimin, baik itu yg mengaku salafy, ikhwany, tahriry, tablighy, maupun jihady untuk tetap selalu mengutamakan al haq di atas hujjah yg jelas ketimbang membela mati-matian jamaahnya yg hanya akan meninggalkan benih-benih asshobiyah.
Memang kita boleh saja menisbatkan diri dan memberikan loyalitas kepada organisasi atau harakah apapun yang msh dalam lingkup ahlussunnah wal jama'ah. Hal yang keliru adalah ketika kita dengan seenaknya menguji dan menanyai seseorang dengan nama-nama tersebut semisal dgn bertanya, "apakah anda salafy atau ikhwany?", kemudian akhirnya kita menempatkan wala' wal bara', berdasarkan nama kelompok-kelompok itu. 

Harus dipahami bahwa intisab dan intima' kepada sebuah kelompok tidaklah menjadikan kita lebih baik dan lebih mulia dari orang lain. Orang yang paling mulia ialah dia yang paling bertakwa kepada Allah ta'ala. Sebab manusia akan datang kepada Allah ta'ala utk mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan keadaan sendiri-sendiri (furada). 

"Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari kiamat" (Q.S Maryam : 95)

Tak peduli apapun jama'ah yang kita ikuti, selama Allah yang kita cari dengan ketulusan dan pemahaman yang benar (faqihu fiddin) , maka Dia-lah yang akan menuntun kita kepada jalan yg benar. Wallahu a'lam. 



2 Agu 2014

Penutupan Dolly Buah dari Kepemimpinan yang Benar

Kebijakan Pemkot Surabaya yang berani menutup lokalisasi dolly adalah buah dari keberanian dan kepahaman pemimpin akan makna kekuasaan yang benar. Dalam hal ini, Bu Risma paham betul bahwa tanggung jawab beliau sebagai umaro' (pemimpin) adalah melakukan penyelamatan terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang baik secara sosial maupun agama.

Tentu saja setiap kebijakan akan menuai pro dan kontra. Terkait adanya beberapa pihak yang kontra terhadap penutupan dolly, itu adalah salah satu resiko yang harus siap untuk dihadapi, dan saya melihat memang beliau sudah sangat siap.

"Saya sudah pamit keluarga untuk menutup gang Dolly hari ini, kalau saya mati, ikhlaskan." (Tri Rismaharini, Juni 2014)

Alasan penolakan penutupan lokalisasi masih saja berkutat pada dalih ekonomi dan kekhawatiran penyakit AIDS yang akan semakin menyebar tak terkendali. Ini hanyalah alasan orang-orang yang kurang mengerti nilai-nilai agama & kemanusiaan. Mereka lupa akan janji Allah bahwa rezeki yang halal masih bisa diusahakan selama kita tidak malas bekerja. Maka benar, orang-orang seperti ini tak perlu dituruti.

Dengan ini, jelaslah bahwa kekuasaan dan jabatan di pemerintahan tak selamanya identik dengan tahta dan kemewahan semata. Kekuasaan akan dapat menghilangkan kemungkaran yang tak dapat dilakukan oleh Al Quran.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Ustman bin Affan Radhiyallahu‘anhu, "Sesungguhnya Allah akan menghilangkan dengan kekuasaan apa-apa yang tidak bisa dihilangkan dengan al Quran”.

Maka, tentu saja kebijakan yang baik ini tak lepas dari peran dan partisipasi rakyat yang telah benar memilih pemimpin yang amanah. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, tentu usaha seperti ini kurang dapat dilakukan oleh para pejuang golput. Memang semua adalah pilihan. Mari kita dukung dan terus doakan untuk pemimpin-pemimpin kita yang berjuang dengan ikhlas menegakkan kebaikan.

Kita yakin Allah bersama orang-orang yang benar.



Akhir dari Pemilu

Tentu kita telah tahu betapa tingginya keududukan alim ulama dan para da'i yg dgn ikhlas memperjuangkan izzah agama islam di atas sunnah & kalimatul haq.

Apa yg dipikirkan dan diikhtiarkan oleh para da'i dan ulama terkait keikutsertaan mereka dlm pilpres kali ini tentu sangat berbeda dgn apa yg dipikirkan masyarakat umum. Mereka bergerak dan telah memutuskan dukungan atas dasar ilmu, maslahat dan keterjaminankeberlangsungan dakwah fiddin.

Jikalau hasil pilpres nanti ternyata tak bersesuaian dgn ikhtiar maka kewajiban kita sbg umat islam adalah meyakini bahwa segala takdir telah ditetapkan-Nya di lauhul mahfudz, pun dgn siapa yang nantinya akan memimpin negeri ini. Kita meyakini Allah telah mempersiapkan sgala sesuatu utk urusan kaum muslimin. Jika pemenangnya adalah pemimpin yg pro dengan syariah & agama islam, maka kaum muslimin akan dpt dgn tenang menyampaikan dakwahnya, niscaya proses takwinul ummah akan berjalan dengan baik.

Namun jika pemenangnya adalah pemimpin yg telah muncul tanda-tanda utk mendeskreditkan syariat & ummat islam, maka kaum muslimin pun juga harus menyambutnya dgn kesiapan utk menerima tantangan dakwah yg lebih berat, pengorbanan perjuangan yg lebih besar dari biasanya. Kita harus ridho pada takdir dan harus banyak melakukan muhasabah atas kerja-kerja dakwah yg telah kita lakukan. Atas ketetapan ini kita berlepas diri dihadapan Rabbul 'alamin atas segala kemudhorotan yang terjadi.

“Sungguh ajaib keadaan orang beriman, sesungguhnya semua urusan mereka berada dalam keadaan baik. Dan tiada yang memperolehi keadaan ini melainkan orang yang beriman saja. Sekiranya dia dianugerahkan sesuatu, dia bersyukur. Maka jadilah anugerah itu baik untuknya. Sekiranya dia ditimpa musibah, dia bersabar. Maka jadilah musibah itu baik untuknya” (H.R Muslim)

Ini menegaskan bahwa pilihan kita hanya dua, sabar dan syukur. Dan semuanya adalah kebaikan. Yang terpenting adalah kita telah menempatkan loyalitas kita dengan benar yakni dengan memberikan dukungan kepada calon pemimpin yang lebih dekat dengan kebaikan dan sedikit mudhorotnya. Bagi umat islam, sama saja. Kalau dia yang menang, kita tetap berdakwah. Jika bukan dia yang menang, kita juga tetap akan berdakwah.

Cukuplah bagi kita utk berikhtiar dan berdoa dalam batas kesanggupan seorang hamba. Tak ada yang kita harapkan melainkan kebaikan dan kemaslahatan. Kita ridho terhadap takdir-Nya, dimana tak ada satu pun yg telah Dia tetapkan melainkan ada hikmah dan kebaikan. Dan akhirnya kita bertawakkal serta mengembalikan segala urusan hanya kepada-Nya.

Semoga Allah ta'ala tetap mencurahkan kebaikan utk para ulama dan penyeru kebaikan agar taufik & hidayah-Nya tetap terlimpah utk bangsa ini.

Allahul musta'an. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wallahu a'lam bis showab.



Jujur Membawa Mulia

Tak akan pernah ada kebahagiaan & kemuliaan yang hakiki, juga tak akan ada keberkahan sesuatu yang diperoleh dengan ketidak jujuran.

Lebih nyaman dihina karena jujur dari pada dipuji padahal tak jujur. 

(KH Abdullah Gymnastiar)


4 Jun 2014

Antara Sang Kaya dan Si Miskin

Apa perbedaan antara orang yang paling kaya di dunia dengan orang yang paling miskin di dunia (terkait dengan jatah rezeki makanannya) ?
Orang yang paling miskin di dunia mungkin makan roti atau nasi saja tanpa adanya lauk daging.
Sementara orang yang paling kaya makan roti atau nasi lengkap dengan lauk dagingnya.
Tetapi terkadang orang miskin yang tidak makan daging itu bisa menikmati setiap suapan makanan yang ia masukkan ke dalam perutnya. Kemudian setelah makan ia berdoa : Alhamdulillahii ladzi ah’amanaa wa saqaanaa wa ja’alanaa minal muslimin (Segala puji bagi Allah, yang memberikan makan kami , dan telah memberi minum kami, dan telah menjadikan kami termasuk golongan orang orang Islam.
Sementara orang yang paling kaya tadi, belum tentu bisa menikmati lezatnya semua  makanan yang disajikan. Oleh dokter dia dilarang makan yang berlemak seperti daging, mentega, manis manisan dan berbagai makanan jenis yang lain, oleh karena dia terserang banyak penyakit. Allah mencegahnya dan membatasi dari berbagai macam kenikmatan.
Jadi menikmati  lezatnya rezeki Allah itu bukan dilihat dari jenis dan banyaknya makanannya, tapi lihatlah seberapa nilai derajat keberkahan dari Allah dalam rezeki itu, walau dengan batasan kadar yang berbeda. 

– Syaikh Abdullah Azzam -

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India