Tugas dakwah sejatinya merupakan
tugas general yang wajib diemban oleh
setiap manusia, yang tak akan selesai bahkan sampai hari dimana matahari akan
terbit dari ufuk barat. Maka dari itu, bagi seorang pengemban dakwah yang telah
paham terhadap urgensitasnya, haruslah siap (minimal) secara psikis bahwa jalan
dakwah yang ditempuh adalah panjang dan tidak sedikit tenaga yang harus
dikerahkan. Sekali lagi dan bahkan berulang kali disampaikan bahwa kader dakwah
harus SIAP, mengorbankan tenaga, harta dan segala yang dimilikinya semata-mata
untuk mencari RIDHO Allah swt.
Lantas, ketika kita menengok jalan
cerita diri kita yang saat ini (masih) berada di dunia kampus, terkadang muncul
pertanyaan, seberapa pengaruhkah keberadaan kita dalam pencapaian tujuan
kemenangan dakwah islam?
Tujuan kemenangan dakwah, dan
tujuan tercapainya khilafah sejatinya adalah wadzifah hadhariyah (tugas peradaban), yang sepatutnya diemban oleh
muslim aqil baligh. Demi mencapai
tujuan yang mulia itu, Rasullullah shollallahu
‘alaihi wassalam telah mengajarkan kita untuk menjemput kemenangan dakwah
secara bertahap, karena salah satu karakter dakwah adalah at-tadaruj fi al-khutuwat (bertahap dalam langkah). Tahapan urutan
amal (maratibul amal) dalam dakwah
yang harus dilakukan adalah:
1. Perbaikan individu (ishlah al-fard)
2. Perbaikan rumah tangga (ishlahul al-bait)
3. Perbaikan masyarakat (ishlah al-mujtama’)
4. Perbaikan pemerintahan (ishlah al-hukumah)
5. Penyiapan tegaknya khilafah (bina al-khilafah)
6. Pemanduan dunia (ustadziah al-alam) dan Pembebasan negeri (tahrir al-wathan)
Tiga tingkatan pertama merupakan
kewajiban yang harus diusahakan oleh setiap individu muslim. Sementara tiga tahapan
terakhir merupakan tugas yang harus diemban gerakan dakwah sebagai sebuah
tandzim (organisasi) dakwah yang aktif (baca:
prinsip gerakan islam karangan Fathi Yakan). Keenam tahapan tersebut
bukanlah hal yang pakem untuk diterapkan demi terwujudnya khilafah islam. Bahkan
salah satu gerakan islam ada yang mempersingkatnya menjadi 3 tahap yaitu 1)
Perbaikan diri (syakhsiyah islamiyah/kaderisasi) 2) Interaksi dengan ummat
melalui diskusi-diskusi/muktamar 3) Serah terima kekuasaan khilafah.
Untuk mencapai urutan amal dakwah
tersebut, tentulah kita harus mendalami tahapan kerja dakwah yang kita lakukan.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Mihwar Tanzhimi
Gerakan dakwah harus
dibangun di atas organisasi (tanzhim) yang kuat dan solid untuk dapat
mengoperasikan dakwah sesuai alur. Organisasi itu tentu harus diisi oleh
kader-kader militan, yang tak gampang mengeluh, apalagi kader yang sering futur.
Organisasi (walaupun kecil) akan dapat memberikan kontribusinya untuk menjadi
bagian dari kemenangan dakwah.
b. Mihwar Sya’bi
Setelah dakwah
terorganisasi dengan baik plus kader-kadernya
telah siap terjun ke dalam kehidupan masyarakat, maka hal yang berikutnya dilakukan
adalah membangun basis sosial yang luas dan merata sebagai pendukung dan
simpatisan gerakan dakwah. Gerakan ini akan membantu menciptakan kultur dan
budaya sosial yang islami. Adanya dominasi figur yang islami dalam masyarakat
akan sangat mendukung implementasi kebijakan-kebijakan dakwah dan pendukung opini
publik yang pro syariah. Maka langkah awal dalam tahapan ini adalah gerakan
dakwah harus membina komitmen syumuliyatul
islam dan kemantapan aqidah sebagai pondasi aktivitas masyarakat. Selain itu
pada tahap ini gerakan dakwah juga harus mampu menciptakan persepsi publik bahwa
sistem ideal yang mampu menyelamatkan negara hanyalah sistem islam.
c. Mihwar Muassasi
Gerakan dakwah pada tahap ini harus membangun berbagai institusi untuk mewadahi pekerjaan-pekerjaan dakwah di seluruh sektor kehidupan dan di seluruh segmen masyarakat. Wilayah pekerjaan dakwah pada mihwar ini sangat luas, karenanya dibutuhkan pengelompokan pekerjaan seperti institusi sosial, pendidikan, ekonomi, politik, budaya, dsb. Pada tahapan ini dilakukan pula upaya mengisi institusi-institusi (masyarakat / pemerintahan) yang sudah ada. Dengan begitu terbentuklah jaringan kader dakwah di seluruh institusi strategis. Ini merupakan tatanan yang dibutuhkan untuk menata kehidupan negara yang Islami.
d. Mihwar Daulah
Dakwah harus sampai
pada institusi negara. Tidak lucu jika masyarakat yang berada pada grass root telah mengamalkan islam
secara kaffah, kemudian dirusak
tatanannya hanya karena ulah negara yang antipati terhadap syariah. Institusi
negara imenjadi sebuah elemen penting dalam kemenangan dakwah karena negaralah
yang akan menjadi salah satu pembantu dalam merealisasikan secara legal dan
kuat seluruh dan kehendak Allah swt atas kehidupan manusia. Yang perlu dicatat,
negara adalah sarana dan bukan tujuan. “Kebenaran harus punya negara, karena
kebatilan pun punya negara” (Ibnul Qayyim). Keberhasilan kerja dakwah dalam
mihwar ini terlihat adanya SDM yang memiliki kemampuan akademis untuk dapat
mentransformasikan ajaran islam ke dalam format konstitusi/undang-undang hukum
dan perangkat lainnya yang terkait dengan pengaturan hajat hidup khalayak
banyak.
Mihwar daulah merupakan yang terberat yang harus dijalani oleh para kader
dakwah. Pada tahap ini gerakan dakwah harus aktif mewujudkan kemandirian pangan
dan finansial agar negara tetap bisa eksis
tatkala diembargo dan diisolasi oleh negara-negara lain. Mengapa begitu? Karena
sejarah telah mencatat tidak pernah ada sebuah negara yang menyatakan islam
sebagai ideologinya melainkan pasti mengalami hari-hari yang sulit, penuh
dengan perjuangan keringat bahkan darah (lihat shirah nabawi bab masa
pemboikotan dan bab perang khandaq).
Sejarah telah mengajarkan bahwa pasti
ada resiko dalam setiap deklarasi negara islam. Saat ini kita dapat berkaca
pada pemerintahan Hamas di Palestina, Dr. Mursi di Mesir dan PM Erdogan di
Turki, dimana pihak oposisi sekuler akan terus mengganggu (dengan segala skandal
dan makar politisnya) para pemimpin islam itu dalam menegakkan syariah. Maka
pada mihwar ini, negara harus memiliki koneksi internasional yang cukup kuat,
sehingga dapat dikatakan bahwa gerakan islam transnasional tidaklah buruk,
bahkan diperlukan (pernyataan ini ditulis sebagai ungkapan ketidaksetujuan
terhadap isi buku Ilusi Negara Islam yang
penuh fitnah).
Kemudian manakala syarat-syarat
kesiapan islamisasi itu sudah terpenuhi, pada saat itulah gerakan dakwah akan
dapat menggalang tuntutan politik yang ditandai dengan adanya partai-partai
politik (tentu bersama publik) yang secara resmi meminta penerapan syariat
islam di tataran konstitusi dan parlemen.
Kemudian, ketika parlemen telah
siap dengan proses islamisasi dan akhirnya terbentuk negara islam, apakah sudah
selesai? Belum. Negara harus segera melakukan konsolidasi dan koalisi politik
dengan negara-negara muslim lainnya untuk menjadi sebuah satu kesatuan dan satu
sistem pemerintahan yang utuh. Koalisi pemerintahan dari negara-negara islam
itu memungkinkan untuk mendirikan sebuah perserikatan bangsa-bangsa islam yang
kemudian mengadakan muktamar untuk berikutnya memilih dan mengangkat pemimpin
sebagai simbol legitimasi umat islam seluruh dunia.
Tahapan kerja dan pemenuhan
syarat-syarat kesiapan islamisasi ini idealnya dapat berjalan secara berurutan.
Namun kenyataannya lebih memungkinkan berjalan secara pararel dan sangat sulit
untuk diringkas. Tentu kita sebagai mahasiswa sudah tahu berada pada mihwar manakah diri kita. Maka lakukan peran kita sesuai kapasitas. Karena semua tahapan itu ibarat tembok kokoh yang berdiri karena batu bata penyusun yang kuat. Kealfaan kita dalam aktivitas-aktivitas dakwah akan menyisakan lubang pada tembok yang lambat laun menggerus kekuatan tembok dakwah yang kokoh itu. Maka yakinlah saudaraku, tak akan pernah sia-sia peranmu. Tak perlu ragu apalagi t menyesal (telah) menjadi pembantu (Allah) di jalan dakwah.
Ulasan di atas sedikit membuat diri ini tergelitik untuk main tebak-tebakan, bahwa Indonesia Emas itu akan terwujud di tahun 2024. Mengapa ? Jika kita runut kekhilafahan Islam di Turki runtuh tahun 1924. Merujuk pada hadist, Rasulullah pernah bersabda. "Allah mengutuskan pada ummat ini di setiap awal 100 tahun, orang yang akan memperbaharui urusan agama-Nya (mujaddid)" (Riwayat Abu Dawud)
Harapan itu masih dan akan selalu ada.
Ulasan di atas sedikit membuat diri ini tergelitik untuk main tebak-tebakan, bahwa Indonesia Emas itu akan terwujud di tahun 2024. Mengapa ? Jika kita runut kekhilafahan Islam di Turki runtuh tahun 1924. Merujuk pada hadist, Rasulullah pernah bersabda. "Allah mengutuskan pada ummat ini di setiap awal 100 tahun, orang yang akan memperbaharui urusan agama-Nya (mujaddid)" (Riwayat Abu Dawud)
Harapan itu masih dan akan selalu ada.
Wallahu a’lam…
(Catatan Kecil Pekanan)
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.