22 Nov 2010

Salahuddin Al Ayyubi, Penakluk Tanah Al Quds


Shalahuddin Al-Ayyubi sebenarnya hanya nama julukan dari Yusuf bin Najmuddin. Shalahuddin merupakan nama gelarnya, sedangkan al-Ayyubi nisbah keluarganya. Beliau sendiri dilahirkan pada tahun 532 H/ 1138 M di Tikrit, sebuah wilayah Kurdi di utara Iraq.

Sejak kecil Shalahuddin sudah mengenal kerasnya kehidupan. Pada usia 14 tahun, Shalahuddin ikut kaum kerabatnya ke Damaskus, menjadi tentara Sultan Nuruddin, penguasa Suriah waktu itu. Karenan memang pemberani, pangkatnya naik setelah tentara Zangi yang dipimpin oleh pamannya sendiri, Shirkuh, berhasil memukul mundur pasukan Salib (crusaders) dari perbatasan Mesir dalam serangkaian pertempuran.Pada tahun 1169, Shalahuddin diangkat menjadi panglima dan gubernur (wazir) menggantikan pamannya yang wafat. Setelah berhasil mengadakan pemulihan dan penataan kembali sistem perekonomian dan pertahanan Mesir, Shalahuddin mulai menyusun strateginya untuk membebaskan Baitul Maqdis dari cengkeraman tentara Salib.

Shalahuddin terkenal sebagai penguasayang menunaikan kebenaran—bahkan memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Tepat pada bulan September 1174, Shalahuddin menekan penguasa Dinasti Fatimiyyah supaya tunduk dan patuh pada Khalifah Daulat Abbasiyyah di Baghdad. Belom cukup sampai di situ, tiga tahun kemudian, sesudah kematian Sultan Nuruddin, Shalahuddin melebarkan sayap kekuasaannya ke Suriah dan utara Mesopotamia. Satu persatu wilayah penting berhasil dikuasinya: Damaskus (pada tahun 1174), Aleppo atau Halb (1138) dan Mosul (1186).

Sebagaimana diketahui, berkat perjanjian yang ditandatangani oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Uskup Sophronius menyusul jatuhnya Antioch, Damaskus, dan Yerusalem pada tahun 636 M, orang-orang Islam, Yahudi dan Nasrani hidup rukun dan damai di Suriah dan Palestina. Mereka bebas dan aman menjalankan ajaran agama masing-masing di kota suci tersebut.

Perang Salib

Namun kerukunan yang telah berlangsung selama lebih 460 tahun itu kemudian porak-poranda akibat berbagai hasutan dan fitnah yang digembar-gemborkan oleh seorang patriarch bernama Ermite. Provokator ini berhasil mengobarkan semangat Paus Urbanus yang lantas mengirim ratusan ribu orang ke Yerusalem untuk Perang Salib Pertama. Kota suci ini berhasil mereka rebut pada tahun 1099. Ratusan ribu orang Islam dibunuh dengan kejam dan biadab, sebagaimana mereka akui sendiri: “In Solomon’s Porch and in his temple, our men rode in the blood of the Saracens up to the knees of their horses.”

Menyadari betapa pentingnya kedudukan Baitul Maqdis bagi ummat Islam dan mendengar kezaliman orang-orang Kristen di sana, maka pada tahun 1187 Shalahuddin memimpin serangan ke Yerusalem. Orang Kristen mencatatnya sebagai Perang Salib ke-2. Pasukan Shalahuddin berhasil mengalahkan tentara Kristen dalam sebuah pertempuran sengit di Hittin, Galilee pada 4 July 1187. Dua bulan kemudian (Oktober tahun yang sama), Baitul Maqdis berhasil direbut kembali.

Berita jatuhnya Yerusalem menggegerkan seluruh dunia Kristen dan Eropa khususnya. Pada tahun 1189 tentara Kristen melancarkan serangan balik (Perang Salib ke-3), dipimpin langsung oleh Kaisar Jerman Frederick Barbarossa, Raja Prancis Philip Augustus dan Raja Inggris Richard ‘the Lion Heart’.

Perang berlangsung cukup lama. Baitul Maqdis berhasil dipertahankan, dan gencatan senjata akhirnya disepakati oleh kedua-belah pihak. Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Raja Richard menandatangani perjanjian damai yang isinya membagi wilayah Palestina menjadi dua: daerah pesisir Laut Tengah bagi orang Kristen, sedangkan daerah perkotaan untuk orang Islam; namun demikian kedua-belah pihak boleh berkunjung ke daerah lain dengan aman.

Setahun kemudian, tepatnya pada 4 Maret 1193, Shalahuddin menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ketika meninggal dunia di Damaskus, Shalahuddin tidak memiliki harta benda yang berarti. Padahal beliau adalah seorang pemimpin. Tapi hal baik yang ditinggalkan oleh orang baik selalu akan menjadi bagian kehidupan selamanya. Kontribusinya buat Islam sungguh tidak pernah bisa diukur dengan apapun di dunia ini.

Parcel untuk Musuh

Banyak kisah-kisah unik dan menarik seputar Shalahuddin al-Ayyubi yang layak dijadikan teladan, terutama sikap ksatria dan kemuliaan hatinya. Di tengah suasana perang, ia berkali-kali mengirimkan es dan buah-buahan untuk Raja Richard yang saat itu jatuh sakit.

Ketika menaklukkan Kairo, ia tidak serta-merta mengusir keluarga Dinasti Fatimiyyah dari istana-istana mereka. Ia menunggu sampai raja mereka wafat, baru kemudian anggota keluarganya diantar ke tempat pengasingan mereka. Gerbang kota tempat benteng istana dibuka untuk umum. Rakyat dibolehkan tinggal di kawasan yang dahulunya khusus untuk para bangsawan Bani Fatimiyyah. Di Kairo, ia bukan hanya membangun masjid dan benteng, tapi juga sekolah, rumah-sakit dan bahkan gereja.

Shalahuddin juga dikenal sebagai orang yang saleh dan wara‘. Ia tidak pernah meninggalkan salat fardu dan gemar salat berjamaah. Bahkan ketika sakit keras pun ia tetap berpuasa, walaupun dokter menasihatinya supaya berbuka. “Aku tidak tahu bila ajal akan menemuiku,” katanya.

Shalahuddin amat dekat dan sangat dicintai oleh rakyatnya. Ia menetapkan hari Senin dan Selasa sebagai waktu tatap muka dan menerima siapa saja yang memerlukan bantuannya. Ia tidka nepotis atau pilih kasih. Pernah seorang lelaki mengadukan perihal keponakannya, Taqiyyuddin. Shalahuddin langsung memanggil anak saudaranya itu untuk dimintai keterangan.

Pernah juga suatu kali ada yang membuat tuduhan kepadanya. Walaupun tuduhan tersebut terbukti tidak berdasar sama sekali, Shalahuddin tidak marah. Ia bahkan menghadiahkan orang yang menuduhnya itu sehelai jubah dan beberapa pemberian lain. Ia memang gemar menyedekahkan apa saja yang dimilikinya dan memberikan hadiah kepada orang lain, khususnya tamu-tamunya.

Ia juga dikenal sangat lembut hati, bahkan kepada pelayannya sekalipun. Pernah ketika ia sangat kehausan dan minta dibawakan segelas air, pembantunya menyuguhkan air yang agak panas. Tanpa menunjukkan kemarahan ia terus meminumnya. Kezuhudan Shalahuddin tertuang dalam ucapannya yang selalu dikenang: “Ada orang yang baginya uang dan debu sama saja.”

Dikutip dari eramuslim.

19 Nov 2010

Inilah Tokoh Islam yang Berperan BESAR dalam Matematika


Rekayasa mekanika melambungkan nama Banu Musa di khazanah sains Islam. Melalui kemampuannya, Banu Musa menciptakan berbagai peralatan mesin yang terbilang pada masanya. Namun, sebenarnya bukan itu saja prestasinya. Banu Musa menoreh kan prestasi gemilang di ranah matematika.

Kepakaran Banu Musa dalam matematika bahkan layak disejajarkan dengan sejumlah tokoh besar lainnya, seperti al-Khawarizmi (780-846 Masehi), al-Kindi (801-873), atau Umar Khayam (1048-1131). Matematika dijadikan pijakan bagi Banu Musa untuk menopang kemampuanya di bidang teknik.
Perlu diketahui, Banu Musa, atau keluarga Mu sa, terdiri dari tiga bersaudara: Jafar Mu hammad bin Musa bin Shakir, Ahmad bin Musa bin Shakir, dan al-Hasan bin Musa bin Shakir. Ketiganya merupakan putra dari seorang cendekiawan terkemuka abad ke-8, yakni Musa bin Shakir.

Banu Musa ikut andil dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Bahkan, Banu Musa termasuk saintis Muslim pertama yang mengembangkan bidang ilmu hitung di dunia Islam melalui transfer pengetahuan dari peradaban Yunani. Lalu, Banu Musa membangun konsep dan teori baru, khususnya pada lingkup geometri. Dari tiga saudara tadi, adalah si sulung Jafar Muhammad yang berada di baris depan dalam kajian geometri. Selanjutnya diikuti oleh al-Hasan.

Sementara itu, Ahmad bin Musa membawa konsep matematika kepada aspek mekanika. Mereka terus bekerja bersama-sama hingga mencapai hasil yang sempurna. Banu Musa sangat tertarik dengan manuskrip ilmiah dari Yunani. Salah satunya berjudul Conics. Keseluruhan karya Appollonius ini terdiri dari delapan jilid. Diungkapkan Jere L Bacharach dalam Medieval Islamic Civilization, topik utama dari naskah tersebut membahas tentang geometri.

Banu Musa meminta bantuan dua sarjana terkemuka, yaitu Hilal bin Abi Halal al-Himsi dan Thabit bin Qurra, untuk menerjemahkan karya itu ke dalam bahasa Arab. Dalam buku MacTutor History of Mathematics, sejarawan sains John O’Connor dan Edmund F Robertson menyebut Banu Musa sebagai salah satu peletak dasar bidang geometri.

Banu Musa berhasil menghubungkan konsep geometri dari matematika Yunani ke dalam khazanah keilmuan Islam sepanjang abad pertengah an. Di kemudian hari, Banu Musa menyusun risalah penting tentang geometri, yakni Kitab Marifat Masakhat al-Ashkal. Kitab tersebut sangat terkenal di Barat. Menyusul penerjemahannya ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 oleh Gerard of Cremona dengan judul Libertrium Fratum de Geometria.

Menurut O’Connor dan Robertson, terdapat beberapa kesamaan metodologi dan konsep geometri dari Banu Musa dengan yang diusung Apollonius. Namun, keduanya menegaskan pula bahwa banyak pula perbedaan yang muncul. Sebab, Banu Musa melakukan perbaikan dan membangun rumusrumus baru yang terbukti sangat efektif. Lebih jauh, Banu Musa menyempurnakan metode persamaan yang dirintis Eudoxus dan Archimedes.

Pakar matematika Muslim itu menambahkan rumus poligon dengan dua bidang sama luas. Sebelum diteruskan oleh Banu Musa, metode ini tidak banyak mendapat perhatian dan nyaris hilang dimakan zaman. Di sisi lain, Banu Musa membangun pola lebih maju terkait penghitung an luas serta volume yang mampu dijabarkan lewat angka-angka.

O’Connor dan Robertson mengungkapkan, penggunaan sistem angka merupakan keunggulan dari metode geo metri awal warisan peradaban Islam. Hal lain diungkapkan oleh Shirali Kadyrov melalui tulisannya Muslim Contributions to Mathematics.

Menurut dia, Banu Musa juga menje laskan mengenai angka konstan phi. Ini adalah besaran dari hasil pembagian diameter lingkaran. Banu Musa mengatakan, konsep ini pernah dipakai Archimedes. Namun, pada saat itu pemikiran Archimedes dinilai masih kurang sempurna. Sezgin, seorang ahli matematika Barat, menganggap bukti temuan Banu Musa merupakan fondasi kajian geometri pada masa berikutnya.

Hal serupa disampaikan Roshidi Rashed dalam History of a Great Number. Di samping itu, mereka menciptakan pemecahan geometri dasar untuk menghitung luas volume. Laman isesco.org menyatakan, sumbangan Banu Musa yang lain yakni ketika menemukan metode dan praktik geometri yang ringkas serta mudah diaplikasikan.

Dalam membentuk lingkaran, misalnya, bisa dikerjakan dengan memakai besi siku atau jangka. Masing-masing ujung besi siku itu diletakkan di titik berbeda. Kemudian diambil sudut tertentu. Ambil salah satu ujung sebagai tumpuan dan ujung lainnya diputar melingkar. Maka dihasilkan sebuah lingkaran sempurna.

Berdasarkan pengamatan Victor J Katz dan Annete Imhausen pada The Mathematics of Egypt, Mesopotamia, China, India and Islam, kajian geometri mencapai tahap tertinggi melalui pemikiran dan karya Banu Musa. Inti gagasan mencakup sejumlah operasi penghitungan kubus, lingkaran, volume, kerucut, dan sudut.

Selain Kitab Marifat, Muhammad bin Musa menulis beberapa karya geometri yang penting. Salah satunya menguraikan tentang ukuran ruang, pembagian sudut, serta perhitungan proporsional. Hal ini terutama digunakan untuk menghitung pembagian tunggal antara dua nilai tertentu. Sedangkan, al-Hasan mengerjakan penelitian untuk menjabarkan sifat-sifat geometris dari elips

Sosok Pemuda Ideal di Mata Allah


Kata-kata pemuda dalam Alquran diistilahkan dengan fatan, seperti firman Allah SWT pada surah al-Anbiya [21] ayat 60 tentang pemuda Ibrahim. "Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim'."

Bentuk jamak dari fatan adalah fityah (pemuda-pemuda), seperti kisah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi pada surah al-Kahfi [18] ayat 13. "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."Dalam hadis, pemuda sering diistilahkan dengan kata-kata syaabun. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa di antara tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah syaabun nasya'a fii 'ibaadatillaah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah SWT).

Eksistensi dan peranan pemuda sangat penting. Dalam Alquran ataupun hadis, banyak diungkapkan karakteristik sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai orang atau pemimpin sukses. Pertama, memiliki keberanian (syaja'ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah SWT) sama sekali tidak ada manfaatnya. Kisah keberaniannya dikisahkan dalam surah al-Anbiya [21] ayat 56-70.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah [2]: 260). Ketiga, selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul-Kahfi yang dikisahkan Allah SWT pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang bergelar al-amin (tepercaya) dari masyarakatnya.

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam Alquran dan hadis diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia masa kini. Wallahu a'lam.

Disadur dari republika.

Sebuah Renungan dari Nasihat Imam Al Ghazali


Dalam sebuah hadist, Rasullullah SAW bersabda,sebagaimana dituturkan oleh Syaddad bin Aus r.a, “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. At Tirmidzi).
Menyimak hadist di atas, diantara pengertian seseorang yang mengendalikan hawa nafsunya adalah orang yang senantiasa menghisab diri sebelum mendapatkan hisab dari Dzat yang Maha Adil di hari kiamat kelak. Umar bin Khatab r.a pernah berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah di akhirat kelak.Bersiplah menghadapi hari perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya hisab di hari kiamat akan terasa ringan bagi orang – orang yang senantiasa menghisab diri mereka sendiri ketika di dunia.” (Al Mubarakfuri, Tufah Al wahdzi bin Syarh Jami’ At Tirmidzi)
Sebagai manusia yang banyak melakukan dosa dan kesalahan, sudah sewajarnyalah kita untuk melakukan muhasabah dan instrospeksi diri. Dengan begitulah kita dapat mengetahui dan setidaknya mengakui kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan. Berkaitan dengan muhasabah, Imam Al Ghazali menuturkan dalam sebuah nasihat beliau yang mahsyur. Pada suatu hari, beliau sedang berbincang – bincang dengan para muridnya dan bertanya,
“Wahai muridku, apa yang paling dekat dengan kalian di dunia ini? Kemudian murid – muridnya menjawab, “Yang paling dekat dengan kami di dunia ini adalah orang tua kami, keluarga kami, guru kami, dan teman – teman kami” Iman Al Ghazali menjawab,”Jawaban kalian benar, namun yang paling benar adalah kematian.” Setiap yang bernyawa di dunia ini pastilah akan mengalami kematian sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 185 yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Kemudian Al Iman Ghozali bertanya, “Di dunia ini, apakah yang paling jauh dengan kalian? Murid – murid menjawab, “ Yang paling jauh dengan kami adalah matahari, bintang, dan negeri China.” Beliau menjawab, “Kalian benar, namun yang lebih jauh dari kita adalah masa lalu.” Kita tak akan mampu mengembalikan waktu walaupun satu detik yang lalu. Maka, pergunakanlah waktu kita sebaik mungkin.
Al Imam Ghazali kembali bertanya, “Apa yang paling besar di dunia ini? Muridnya menjawab, “Yang paling besar di dunia ini adalah gunung, bumi, dan matahari. Beliau menjawab, “Kalian benar, namun yang paling besar di dunia ini adalah hawa nafsu.” Oleh karena itu, kita harus mampu melatih diri kita untuk dapat mengendalikan hawa nafsu pada diri kita.
Pertanyaan berikutnya yang ditanyakan Al Imam adalah “Apakah yang paling berat di dunia ini?” Para muridnya menjawab, “Yang paling berat di dunia ini adalah besi, baja, dan gajah”. Kemudian Al Imam membenarkan jawaban murid – muridnya tersebut dan berkata, “Namun yang paling berat di dunia ini adalah memegang amanah. Tumbuhan, hewan, gunung dan lautan tidak mampu memikul amanah setelah Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah di muka bumi. Namun manusia dengan segala kebanggaan dirinya menyanggupi permintaan Allah SWT tersebut sehingga banyak manusia yang masuk neraka karena tidak dapat memegang amanahnya tersebut.”
Pertanyaan kelima yang ditanyakan oleh Imam Al Ghazali adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?” Murid – muridnya pun menjawab, “Yang paling ringan di dunia ini adalah kapas, dedaunan, dan debu.” Imam Al Ghazali menjawab, “Kalian benar, namun yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat.” Kebanyakan dari kita telah melalaikan sholat dikarenakan kesibukan dan pekerjaan kita. Terkadang kita masih menganggap sholat sebagai sebuau rutinitas kecil biasa, sehingga kita sering mengakhirkannya dan bahkan melupakannya.
Untuk yang terakhir kali Al Imam Ghazali bertanya kepada muridnya, ”Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Muridnya menjawab,”Yang paling tajam di dunia ini adalah pisau dan pedang,” Al Imam menjawab.”Kalian benar, namun yang paling tajam di dunia ini adalah lidah. Luka yang disebabkan karena pedang bisa terobati dengan bantuan medis, namun ketika lidah sudah menyayat hati seseorang maka akan sulit terobati.”
Marilah kita bersama – sama merenungkan nasihat Imam Al Ghazali ini. Apakah kita termasuk orang – orang yang sering melalaikan shalat? Apakah kita termasuk orang – orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu kita? Sudahkah kita memelihara lidah dan memegang amanah dengan baik? Semoga kita termasuk golongan orang – orang yang terjaga dari segala kemurkaan-Nya. Wallahu a’lam.

30 Okt 2010

Periode Dakwah Terang – Terangan


(Oleh: Ahmad Fauzan ‘Adziimaa)

Tiga tahun lamanya Rasullullah SAW melaksanakan dakwah secara sembunyi – sembunyi. Pada masa itu telah ada beberapa keluarga dan kerabat dekat beliau yang telah mengikrarkan kesetiannya kepada islam. Sebut saja Abu Bakar As Shidiq sahabat karib beliau, Siti Khadijah istri beliau tercinta, Ali bin Abi Thalib sepupu beliau, serta beberapa sabahat dan sahabiyah lainnya. Di masa dakwah secara sirriyah itu ternyata orang – orang kafir Quraisy telah mencium gerakan dakwah yang dilakukan oleh orang – orang muslim. Hal ini akhirnya membuat kaum muslimin sedikit agak resah dan lebih berhati – hati dalam gerakan dakwahnya.
Rasullullah SAW terus berdakwah kepada orang – orang terdekat dan kerabat beliau hingga secara diam – diam, hingga turunlah ayat yang memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang – terangan.


“dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, (Q.S Asy Syuara:214)
Maka setelah turun ayat dia atas, Rasullulah SAW segera mengadakan pertemuan dengan mengundang kerabat – kerabat beliau dari Bani Hasyim. Dalam pertemuan itu,hadir pula Abu Thalib dan Abu Lahab. Beliau SAW bersabda : “Segala puji hanya bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Dia dan tiada sekutu bagi-Nya.” Kemudian beliau melanjutkan, “Sesungguhnya seorang pemandu tidak akan mendustai keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada ilah selain-Nya, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada umat manusia secara umum. Demi Allah kalian akan benar – benar mat layaknya orang yang sedang tidur nyenyak dan kalian akan benar – benar dibangkitkan seperti orang yang bangun tidur. Kalian akan benar – benar dihisab terhadap apa saja yang kalian kerjakan lalu disana ada surge yang abadi dan ada neraka yang abadi pula.
Mendengar perkataan itu, Abu Thalib bersikap netral. Dia tidak menentang namun juga tidak mau menerima ajakan Rasullullah SAW untuk memeluk islam. Namun Abu Thalib telah memberikan jaminan keamanan dan keselamatan untuk keponakannya yang sangat dicintainya itu. Abu Thalib akan senantiasa menyukai dan mendukung apa yang dilakukan oleh Rasullulah SAW. Sebaliknya, mendengar hal itu Abu Lahab marah besar dan menentang apa yang dikatakan oleh Rasullullah SAW.


Seruan di Atas Bukit Shafa
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Q.S Al Hijr : 94)
Ayat di atas merupakan penanda perintah untuk berdakwah secara terbuka. Rasullullah SAW merasa yakin akan jaminan keselamatan yang diberikan oleh pamannya Abu Thalib sehingga beliau memberanikan diri untuk segera mengumumkan risalah islam ke seluruh penduduk Mekah. Dengan langkah yang sigap dan tanpa ragu – ragu beliau menaiki bukit Shafa dan memanggil seluruh penduduk Mekah untuk berkumpul. Belia menyeru dengan seruan “Yaa Shahabah !”, maka tak ada seorang Quraisy pun yang tertinggal memenuhi seruan itu. Seruan itu merupakan seruan yang paling dikenal dan sangat berpengaruh pada masyarakat Mekah.
Kemudian setelah semuanya berkumpul Rasullullah SAW bersabda,
Apa pendapat kalian jika aku mengatakan bahwa di balik bukit ini terdapat sekumpulan pasukan berkuda yang siap mengepung dan memerangi kalian?”
“ya benar, kami percaya.” Jawab mereka, “Kami belum pernah melihat engkau berdusta”
Kemudian Rasullullah SAW melanjutkan, “Sesungguhnya aku member peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Kaum Quraisy terdiam namun Abu Lahab berkata,”Celakalah engkau wahai Muhammad, apa hanya karena masalah ini kamu mengumpulkan kami semua di sini?”
Kemudian turunlah surat Al Lahab yang menghinakan Abu Lahab karena kesombongannya ini.
Mutiara Hikmah
Rasullullah SAW telah memberitahukan bahwa musuh yang dihadapi kaumnya bukanlah musuh yang berwujud pasukan berkuda dengan persenjataan lengkap. Akan tetapi beliau memberitahukan bahwa musuh yang datang adalah musuh yang lebih berbahaya, yaitu ketidaktahuan akan adanya Allah SWT Tuhan yang Maha Tunggal. Tidak ada kekuasaan selain kekuasaan-Nya. Musuh itu juga berupa kesyirikan, terperangkap dalam berhalaisme, tenggelam dalam khurafat dan keraguan. Semua itu adalah sesuatu yang lebih ditakuti dan lebih besar bahayanya daripada musuh yang mengintai dengan kuda dan pedang besi.
Wallahu a’lam.

17 Okt 2010

Islamku, Banggakah Aku Denganmu?



“Halo coy, gimana kabar loe?”
“Guwe fine bro!”
Mungkin inilah kata – kata yang sering kita dengar dari teman – teman kita saat mereka bertemu satu sama lain. Dengan santai dan enak mereka menggunakan salam dan sapa dengan bahasa gaul dan modern. Pertanyaannya sekarang, apakah mereka itu termasuk orang – orang yang muslim? Ternyata dari hasil pengamatan penulis, mereka semua merupakan orang – orang yang telah berikrar dalam hatinya bahwa mereka adalah orang – orang muslim. Lalu dikemanakan syariat salam dan berjabat tangan yang telah diajarkan oleh Rasul kita yang agung baginda Nabi Muhammad SAW?

Bukan hanya itu, gaya hidup pemuda islam saat ini telah banyak mengalami pergeseran dari syariat hukum yang diajarkan oleh islam. Mereka cenderung lebih untuk memilih bergaya hidup dengan budaya – budaya bangsa barat yang dirasa lebih mengalami kesan modern dan gaul. Hal ini dapat kita lihat dari cara berbusana para muda. Setiap hari kita sering melihat pemuda pemudi atau bahkan teman kita menggunakan celana jeans yang bercorak robek – robek yang sering dipakai oleh teman – teman remaja laki – laki. Bahkan yang lebih memprihatinkan, ketika mereka melaksanakan sholat, mereka pun masih menggunakan pakaian – pakaian yang kurang sopan. Padahal sholat adalah ibadah suci saat dimana seseorang menghadap Sang Pencipta.
Telah banyak pemuda dan pemudi islam yang telah terpedaya dengan tipuan kaum – kaum liberalis yang selalu berusaha menanamkan nilai – nilai amoral pada generasi islam. Bangsa – bangsa materialis telah merasuki remaja islam melalui gerakan 3F yaitu food, fashion, and fun. Agen barat telah mengekspansi negara – negara Islam dengan food, yaitu mereka dengan sengaja membuat makanan yang berbahan baku yang tidak jelas nilai halal ataupun haramnya. Kemudian mereka berusaha merubah gaya hidup orang – orang muslim melalui fashion. Banyak kita melihat bahwa pemuda atau pun islam yang sangat hobi untuk berganti – ganti model pakaian, utamanya adalah remaja putri kita. Kita melihat di pusat – pusat perbelanjaan, di pasar – pasar, atau bahkan di kampus – kampus, mereka berbusana tak selayaknya busana orang beriman. Mereka menggunakan baju ketat, bahkan taj sedikit yang tidak menutup aurat. Astaghfirullah . . .semoga kita senantiasa mendapatkan perlindungan dari Allah SWT dari perbuatan yang sia – sia.
Hal berikutnya adalah terkait dengan kebiasaan fun. Berbagai manuver telah disiapkann oleh negara – negara musuh islam untuk meracuni otak para generasi muslim baik itu generasi yang masih berusia belia maupun orang – orang muslim yang sudah berumur sekalipun. Kita melihat diacara televisi, berbagai macam film kartun yang notabenenya sangat disukai anak – anak disiarkan saat adzan magrib berkumandang. Secara otomatis ini membuat anak – anak menjadi malas untuk pergi melaksankan sholat berjamaah di masjid karena lebih asyik menonton acara kartun favoritnya di televisi. kemudian juga kita sering melihat aksi pemuda dan pemudi kita yang sering nongkrong di pinggir jalan mulai dari waktu magrib sampai larut malam. Lalu bagaimana kewajiban mereka untuk menunaikan ibadah sholat isya’ secara berjamaah di maasjid? Apakah mereka sengaja membiarkan masjid – masjid kosong tanpa kehadiran mereka?
Jenis fun yang lain adalah maraknya permainan video game atau game online yang disediakan di warnet – warnet dekat perumahan kita. Berjam – jam saudara muslim kita menghabiskan waktu mereka di sana. Tanpa menghiraukan waktu sholat dhuhur ataupun sholat ashar, mereka terus saja bermain sepuas hati mereka. Apakah seperti itu perilaku muslim seharusnya?
Jika telah melihat fakta seperti yang terjadi sekarang, apakah masih ada remaja – remaja yang senantiasa ikhlas merasa bangga akan keislamannya? Kita sebagai generasi islam yang paham atas permasalahan ini marilah mulai dari sekarang kita janganlah ragu ataupun merasa malu dengan keislaman kita. Dengan segala kerendahan hati dan menghindari sikap riya’, kita berusaha melawan ancaman yang datang dari musuh – musuh islam yang dengan halus menyerang dan mengarahkan kita ke dalam kesesatan yang nyata.

Irama Syahdu, Aku Terlena Olehmu


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya, baik itu dari segi sumber daya manusia maupun dari segi kebudayaannya. Dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai kebudayaan tradisional yang berkembang di tengah – tengah masyarakat. Di era globalisasi seperti saat ini, semakin banyak budaya – budaya modern yang masuk ke dalam negeri ini dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya adalah generasi muda yang sangat rentan terhadapa intervensi budaya – budaya asing yang masuk dari luar negeri.



Sudah tidak asing rasanya bagi kita jika melihat acara di televisi kita, di radio – radio, kita menyaksikan dan mendengarkan acara lagu – lagu yang bernuansa atau bertemakan cinta kasih para pemuda. Mulai dari pagi hingga petang, televisi menyajikan acara musik dan lagu – lagu yang sebenarnya tidak banyak mendatangkan manfaat bagi generasi muda kita sendiri. Bagaimana tidak, lirik – lirik lagu yang dinyanyikan pastilah bertema itu – itu saja yang tak jauh mengisahkan tentang seseorang yang sedang mengalami putus asmara, jatuh hati, dan kisah – kisah pilu lainnya yang mengirirs jiwa. Maraknya fenomena tersebut seakan mengajak para generasi muda kita untuk berlama – lama dan terbuai dengan suasana syahdu dan rindu kepada sang kekasih. Lagu – lagu tak bermutu tersebut juga seakan melalaikan para pemudi pemuda kita akan kewajibannya untuk belajar dan menuntut ilmu untuk bersama – sama mengentaskan bangsa Indonesia dari segala keterpurukan.
Bagaimana Negara ini bisa maju dan mengejar ketertinggalannya dengan Negara lain misalnya Malaysia, Singapura, atau bahkan Brunei sekalipun, jika generasi penerusnya terus menerus larut dalam buaian ketidakpedulian . Dengan santai mereka menggunakan waktu mereka untuk “nongkrong” di pinggir jalan, dengan ditemani sebuah alat music gitar yang selalu ada digenggaman dan bersama – sama bernyanyi ria. Bahkan tak jarang ada yang sampai larut malam. Ironisnya, para pemudi yang seharusnya sudah kembali pulang saat malam menjelang, mereka dengan senang hati malah ikut “nimbrung” bersama teman laki – laki pujaan hati mereka. Dan sekali lagi, lagu – lagu cinta dan rindu telah merubah hati dan kepribadian mereka.
Tidak hanya sampai disitu, pengaruh dari maraknya lagu – lagu bertemakan cinta yang telah merambah ke rumah – rumah warga melalui siaran televisi, telah juga membuat ibu – ibu rumah tangga merasa betah untuk berjam – jam duduk diam menikmati acara telvisi. Hal ini berdampak pada putra – putri mereka yang akhirnya juga terpaksa menyaksikan dan menikmati indahnya bualan lagu – lagu cinta yang belum semestinya mereka dapatkan. Alhasil, putra – putri mereka pun telah mendapatkan pelajaran cinta di bawah umur, sehingga tak ayal ada seorang anak yang masih bersekolah dasar yang mengatakan kata “I love you” kepada salah seorang teman perempuan yang disukainya. Hal ini berimbas pada tujuan mereka bersekolah tidak lagi untuk menuntut ilmu, melainkan untuk bertemu sabg pujaan hati. Jika sudah begini, siapa yang patut dipersalahkan?
Banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan dan menyelenggarakan acara – acara dengan dalih ajang pencarian bakat, secara tak langsung telah menuntut para putra – putri kita untuk dapat menyanyikan lagu “Cari Pacar Lagi” daripada lagu “Pelangi – Pelangi”. Dan ternyata benar, putra – putri kita pun lebih percaya diri untuk menyanyikan lagu “Saat Terakhir” daripada menyanyikan lagu “Bintang Kecil”. Padahal jika dilihat dari faktor usia, mereka rata – rata baru berumur antara enam sampai dengan dua belas tahun, usia yang saat itu seharusnya mereka mendapat ilmu yang benar – benar mampu membawa kebaikan bagi diri mereka sendiri.
Itulah sedikit gambaran dari potret generasi bangsa Indonesia yang telah terkontaminasi dengan lagu – lagu rindu dan lagu – lagu cinta tak bermutu. Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa bangsa Indonesia masih tetap mempertahankan budaya – budaya tersebut? Akankah pemerintah tetap menutup mata akan hal ini? Atau malah menganggap masalah ini merupakan budaya pergaulan remaja yang sudah dinilai biasa? Mungkin inilah merupakan salah satu jawaban mengapa Negara kita sulit untuk menjadi Negara maju. Ketika generasi muda bangsa lain sedang sibuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, remaja kita justru lebih sering untuk mencipta karya lagu yang terus menerus akan meracuni generasi kita sendiri. Semoga kita sebagai generasi yang telah mengetahui permasalahan ini dapat segera menyelesaikan dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi.

18 Agu 2010

Hanya Satu Kata, Lawan !


Tidak ada pilihan selain kita harus melawan setiap ketidak adilan yang menimpa umat Islam, kita adalah satu tubuh, saling menanggung rasa sakit saudaranya, ikut mengaduh dan menangisi setiap luka yang menimpa saudaranya seperti menangisi luka yang menimpa diri kita.

Dan kasus penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir adalah pelecehan terhadap Islam dan Ulama, tanpa sopan-santun polisi yang tidak punya perasaan menyeret orang yang sudah sepuh, apakah Ustadz Abu Bakar Ba'asyir lebih hina dari para koruptor,maling duit rakyat, penipu berkedok penegak hukum hingga perlakuan kepada beliau sungguh tidak manusiawi?

Ayolah, kenapa kita masih diam melihat semua ini, kalian takut bila membela ulama akan menemui kematian, kalian takut bila kita melawan kemungkaran akan disiksa, apakah kalian lebih takut dengan penguasa dunia daripada Penguasa dunia dan akhirat?

Kita harus bangkit, tidak membiarkan setiap penghinaan kepada Ulama dan Islam terus berlanjut, agar mereka juga tahu bahwa kita punya harga diri, bahwa kita juga sakit hati bila melihat ulama seperti Ustadz Abu Bakar Ba'asyir diperlakukan secara semena-mena. Mari kita buktikan kecintaan kita pada ulama dan Islam pada hari ini, biarlah raga kita luruh kebumi namun kita mati membawa kemuliaan dan menanggalkan kehinaan yang terus diberikan oleh musuh Allah itu.

Apakah belum cukup penghinaan mereka terhadap Islam dan ulama, hingga kita masih diam seribu bahasa, mengunci rumah dan berdandan sebagai banci. Membiarkan semua ini terjadi tanpa ada perlawanan, celakalah kita yang diberi beban untuk menyuarakan kebenaran dan menumpas kebathilan, kita masih main-main dengan janji kita kepada Allah, janji untuk menjual diri kita sampai titik darah penghabisan untuk membela DienNya hingga syahid menjemput, masihkah kita diam dengan semua ini?

Hanif, Jakarta

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India