19 Sep 2013

Lalu Pemimpin Seperti Apa Yang “Lebih Seharusnya” Dipilih?


Buka Al Quran, dan menemukan ayat ini :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al-Anfal: 27-28)

Maaf jika prolog tulisan ini langsung dipertemukan dengan ayat dan dalil, yang terkadang orang jenuh didalili. To do point, jelas secara eksplisit melalui ini Allah melarang orang-orang beriman agar tidak mengkhianati amanat-amanat yang telah dipercayakan kepadanya. Hal menarik, Syaikh Ibnu Taimiyah rah. menerangkan dari ayat di atas bahwa adanya kewajiban orang-orang beriman untuk turut serta memilih pejabat/pemimpinnya baik pemimpin eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Poin pentingnya adalah agar umat islam tidak main-main dalam menentukan pilihan. Penjelasan beliau memang rasional, berkaca pada sebuah hadist, diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda:

“Barangsiapa memilih seseorang menjadi pemimpin untuk suatu masyarakat, yang di masyarakat itu ada orang yang lebih diridlo’i Allah dari pada orang yang dipilih tersebut, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (Kitab Al Mustadrak Lishshahihaini, Imam Al Hakim).
Lalu pemimpin seperti apa yang “lebih seharusnya” dipilih?
Tentu argumen-argumen normatif semacam pemimpin itu harus adil, amanah, cerdas, bertanggung jawab, dll telah kita ketahui. Namun disini kita harus mengetahui penekanan-penekanan yang telah Allah tuntunkan kepada manusia agar kita tidak berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pertama, pemimpin harus memiliki track record yang baik. Baik dalam apa? Tentu saja dalam agamanya, imannya, prestasinya, kontribusinya untuk ummat. Mengenai hal ini kita dapat berkaca pada terpilihnya Nabi Ibrahim a.s sebagai pemimpin ummat manusia yang sejak masa remaja telah berani melawan berhala-berhala sesat di kaumnya. Maka dari sejarah ini tentu kita telah dituntun untuk dapat memilih pemimpin yang berpengalaman, jelas track recordnya, capable, dan tidak asal “bondo nekat” untuk menjadi pemimpin. Lantas bagaimana jika terdapat calon pemimpin yang sama-sama baiknya? Jawabnya mudah. Pilih yang lebih baik.
Kedua, memilih pemimpin juga harus memperhatikan asal-usul kelompok, golongan, dan kekerabatan dari sang kandidat. Mengapa ini penting? Karena betapapun shalihnya sang kandidat jika ia tetap berada di lingkungan yang rusak, sekuler dan liberal maka tak lama kesholihannya tersebut akan terkikis. Percuma. Seyogyanya pemilih juga harus cerdas melihat latar belakang kelompok/partai yang mengusung kandidat. Apakah benar kelompok pengusung tersebut membawa kemaslahatan untuk ummat ataukah justru membawa visi sekuler liberal yang akan mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai islam?
Ketiga, pemilih haruslah cermat melihat motivasi calon. Orang yang ambisius tak layak diberi amanah untuk memimpin. Indikasinya ialah jika dia menggunakan segala cara untuk mendapatkan jabatannya, misal money politik atau pemalsuan berkas pencalonan, dll. Biasanya pemimpin yang baik, dia mencalonkan tidak atas dasar kehendak pribadi, melainkan atas kehendak orang banyak. Indikasi ini dapat terlihat dari banyaknya kaum dan golongan/partai yang mendukung sang calon untuk menjadi pemimpin. Dia ridho terhadap ummat dan ummat pun ridho terhadap dirinya.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada saudara-saudara yang mengecam sistem demokrasi, bersama ini saya sampaikan, bahwa di kehidupan saat ini dimana demokrasi adalah sebuah kenyataan yang sulit dihindari, dimana kedaulatan dalam memilih pemimpin dan wakil rakyat baik ditataran nasional, daerah atau bahkan di tataran kampus berada di tangan tiap individu, maka kita selaku ummat yang paham akan kesempurnaan agama yang tak memisahkan antara agama dan negara berkewajiban memilih pemimpin yang shalih, memiliki integritas untuk memuliakan agama, memiliki moral dan akhlak Al Quran. Kita harus memberikan dukungan kepada calon terbaik agar negeri ini dipimpin oleh orang-orang terbaik pula. Jika tidak dan jika kita apatis, maka perlahan tapi pasti negeri ini akan dikuasai orang-orang sekuler liberal yang tentunya tak menginginkan cahaya agama islam bersinar.
Jangan diam dan tentukan pilihan! #2



0 komentar:

Posting Komentar

Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India