Kini pengemudi kendaraan itu telah berganti. Bapak-bapak tua yang dulunya telah berusaha mengemudikan kendaraan itu dengan baik kini haruslah digantikan karena memang seorang ‘supir’ pastinya memiliki masa pensiun.
"Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain". (Q.S. Al Insyirah: 7)
Perjalanan dakwah adalah perjalanan yang tiada penghujung. Kita bukanlah pemula, bukan pula golongan akhir yang menjadi penghujung. Namun kita adalah penyambung, maka janganlah berhenti di tengah perjalanan ini, teruslah berjalan, bahkan sesekali berlari adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh seorang da’i untuk mengejar impian kemenangan dakwah.
Maka nikmatilah perjalanan ini. Nikmatilah segala canda dan tawa, sedih dan kecewa yang terjadi di dalamnya. Kemenangan, kesuksesan, kepedihan dan kegagalan adalah seperti bagian dari dua sisi mata uang yang tak mungkin terpisahkan. Terkadang kita merasa bukan siapa-siapa di ranah jalan juang ini. Dan terkadang kita merasa minder karena kapasitas diri yang kita anggap tak selevel dengan yang lain. Di sisi lain, mungkin kita menganggap bahwa diri kita adalah ‘pejabat’ dakwah. Seseorang yang dianggap menjadi seroang muharrik dakwah yang harus senantiasa prima dalam segala aktivitasnya.
Itulah semua fenomena peran dalam jalan dakwah. Mungkin tak banyak materi ataupun benefit yang kita dapatkan. Yang kita dapatkan mungkin hanyalah persaudaraan, ilmu dan pengalaman, serta sedikit kebijaksanaan untuk dapat mengurai masalah menjadi sebuah hikmah. Sungguh luar biasa karunia yang diberikan Allah sehingga di usia muda ini kita telah diberikan kenikmatan merasakan masninya iman. Maka, sungguh merugi mereka yang tengah berada dalam jalan dakwah ini namun tak mampu menikmati.
Sekali lagi, mari nikmati jalan dakwah ini, entah sebagai seorang yang bukan siapa-siapa atau sebagai siapa-siapa. Amanah dan posisi dalam dakwah ini akan datang dan pergi begitu saja. Bisa datang, bisa pergi, bisa kembali lagi, bisa juga tak akan pernah kembali lagi. Kadang bisa iya, bisa tidak, bisa siap, bisa tidak siap. Bisa menjadi pengurus, tidak menjadi pengurus, menjadi simpatisan pengurus, menjadi temannya pengurus, bahkan tidak menjadi siapa-siapa yang tidak bisa disebut.
“Kamu ini siapa ?” “Saya penguurs organisasi dakwah”. Ini sering disebut.
“Kalo kamu siapa?” “Saya mahasiswa yang diusung oleh organisasi dakwah”. Ini juga disebut.
“Kalo ente?” “ Saya dapat amanah jadi ketua organisasi dakwah”. Ini biasa disebut.
“Nah, kalo kamu siape?”
“Saya adalah orang yang senantiasa berdakwah. Baik dalam suka maupun duka, baik dalam keadaan lapar maupun kenyang, saat letih maupun bugar. Karena perjuangan dakwah adalah kemuliaan. Saya tak tahu sebagai apa saya. Namun nahnud duat qobla kulli syai. Saya lebih menyukai memberikan hal terbaik untuk dakwah daripada harus mendefenisikan siapa saya.’” Dan inilah jawaban yang jarang dijumpai.
Nikmatilah jalan dakwah. Susah senang itu biasa. Yang terpenting adalah mampu merasakan senang saat mengalami kesusahan. Dan tidak terlampau senang ketika mendapatkan keberhasilan. Karena semuanya adalah pertolongan dan kehendak Allah.
Allah telah memilih da’i-da’i terbaiknya untuk menegakkan islam di muka bumi. maka janganlah hanya menjadi penonton sinetron kemnengan dakwah. Tapi jadilah pelaku. Kalian adalah ummat terbaik. Kalian adalah da’i terbaik.
Saling mengertilah. Tak cukup hanya dengan mengerti, namun saling mengertilah.
Maka, mungkin sedikit kurang layak ketika kita terlalu mengambil banyak waktu untuk berhenti bergerak dengan dalih evaluasi apalagi sekedar untuk beristirahat. Terlalu banyak kerja-kerja dakwah dan impian yang menanti untuk disemai.
Lalu kapankah kita bisa istirahat? Nanti . . . ketika kaki-kaki kita telah berhasil menginjak surga.
Bersabarlah dalam dakwah, karena cinta yang indah tak akan terjadi dalam sekejap.
And I swear that I will never put anyone or anything before You . . . Allahu Robbuna.
[@kang_uzan]
[@kang_uzan]
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.