30 Okt 2010
Periode Dakwah Terang – Terangan
Sabtu, Oktober 30, 2010
Unknown
No comments
(Oleh: Ahmad Fauzan ‘Adziimaa)
Tiga tahun lamanya Rasullullah SAW melaksanakan dakwah secara sembunyi – sembunyi. Pada masa itu telah ada beberapa keluarga dan kerabat dekat beliau yang telah mengikrarkan kesetiannya kepada islam. Sebut saja Abu Bakar As Shidiq sahabat karib beliau, Siti Khadijah istri beliau tercinta, Ali bin Abi Thalib sepupu beliau, serta beberapa sabahat dan sahabiyah lainnya. Di masa dakwah secara sirriyah itu ternyata orang – orang kafir Quraisy telah mencium gerakan dakwah yang dilakukan oleh orang – orang muslim. Hal ini akhirnya membuat kaum muslimin sedikit agak resah dan lebih berhati – hati dalam gerakan dakwahnya.
Rasullullah SAW terus berdakwah kepada orang – orang terdekat dan kerabat beliau hingga secara diam – diam, hingga turunlah ayat yang memerintahkan beliau untuk berdakwah secara terang – terangan.
“dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”, (Q.S Asy Syuara:214)
Maka setelah turun ayat dia atas, Rasullulah SAW segera mengadakan pertemuan dengan mengundang kerabat – kerabat beliau dari Bani Hasyim. Dalam pertemuan itu,hadir pula Abu Thalib dan Abu Lahab. Beliau SAW bersabda : “Segala puji hanya bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Dia dan tiada sekutu bagi-Nya.” Kemudian beliau melanjutkan, “Sesungguhnya seorang pemandu tidak akan mendustai keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada ilah selain-Nya, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada umat manusia secara umum. Demi Allah kalian akan benar – benar mat layaknya orang yang sedang tidur nyenyak dan kalian akan benar – benar dibangkitkan seperti orang yang bangun tidur. Kalian akan benar – benar dihisab terhadap apa saja yang kalian kerjakan lalu disana ada surge yang abadi dan ada neraka yang abadi pula.
Mendengar perkataan itu, Abu Thalib bersikap netral. Dia tidak menentang namun juga tidak mau menerima ajakan Rasullullah SAW untuk memeluk islam. Namun Abu Thalib telah memberikan jaminan keamanan dan keselamatan untuk keponakannya yang sangat dicintainya itu. Abu Thalib akan senantiasa menyukai dan mendukung apa yang dilakukan oleh Rasullulah SAW. Sebaliknya, mendengar hal itu Abu Lahab marah besar dan menentang apa yang dikatakan oleh Rasullullah SAW.
Seruan di Atas Bukit Shafa
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Q.S Al Hijr : 94)
Ayat di atas merupakan penanda perintah untuk berdakwah secara terbuka. Rasullullah SAW merasa yakin akan jaminan keselamatan yang diberikan oleh pamannya Abu Thalib sehingga beliau memberanikan diri untuk segera mengumumkan risalah islam ke seluruh penduduk Mekah. Dengan langkah yang sigap dan tanpa ragu – ragu beliau menaiki bukit Shafa dan memanggil seluruh penduduk Mekah untuk berkumpul. Belia menyeru dengan seruan “Yaa Shahabah !”, maka tak ada seorang Quraisy pun yang tertinggal memenuhi seruan itu. Seruan itu merupakan seruan yang paling dikenal dan sangat berpengaruh pada masyarakat Mekah.
Kemudian setelah semuanya berkumpul Rasullullah SAW bersabda,
Apa pendapat kalian jika aku mengatakan bahwa di balik bukit ini terdapat sekumpulan pasukan berkuda yang siap mengepung dan memerangi kalian?”
“ya benar, kami percaya.” Jawab mereka, “Kami belum pernah melihat engkau berdusta”
Kemudian Rasullullah SAW melanjutkan, “Sesungguhnya aku member peringatan kepada kalian sebelum datangnya azab yang pedih.”
Kaum Quraisy terdiam namun Abu Lahab berkata,”Celakalah engkau wahai Muhammad, apa hanya karena masalah ini kamu mengumpulkan kami semua di sini?”
Kemudian turunlah surat Al Lahab yang menghinakan Abu Lahab karena kesombongannya ini.
Mutiara Hikmah
Rasullullah SAW telah memberitahukan bahwa musuh yang dihadapi kaumnya bukanlah musuh yang berwujud pasukan berkuda dengan persenjataan lengkap. Akan tetapi beliau memberitahukan bahwa musuh yang datang adalah musuh yang lebih berbahaya, yaitu ketidaktahuan akan adanya Allah SWT Tuhan yang Maha Tunggal. Tidak ada kekuasaan selain kekuasaan-Nya. Musuh itu juga berupa kesyirikan, terperangkap dalam berhalaisme, tenggelam dalam khurafat dan keraguan. Semua itu adalah sesuatu yang lebih ditakuti dan lebih besar bahayanya daripada musuh yang mengintai dengan kuda dan pedang besi.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.