17 Okt 2010
Irama Syahdu, Aku Terlena Olehmu
Minggu, Oktober 17, 2010
Unknown
No comments
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya, baik itu dari segi sumber daya manusia maupun dari segi kebudayaannya. Dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai kebudayaan tradisional yang berkembang di tengah – tengah masyarakat. Di era globalisasi seperti saat ini, semakin banyak budaya – budaya modern yang masuk ke dalam negeri ini dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya adalah generasi muda yang sangat rentan terhadapa intervensi budaya – budaya asing yang masuk dari luar negeri.
Sudah tidak asing rasanya bagi kita jika melihat acara di televisi kita, di radio – radio, kita menyaksikan dan mendengarkan acara lagu – lagu yang bernuansa atau bertemakan cinta kasih para pemuda. Mulai dari pagi hingga petang, televisi menyajikan acara musik dan lagu – lagu yang sebenarnya tidak banyak mendatangkan manfaat bagi generasi muda kita sendiri. Bagaimana tidak, lirik – lirik lagu yang dinyanyikan pastilah bertema itu – itu saja yang tak jauh mengisahkan tentang seseorang yang sedang mengalami putus asmara, jatuh hati, dan kisah – kisah pilu lainnya yang mengirirs jiwa. Maraknya fenomena tersebut seakan mengajak para generasi muda kita untuk berlama – lama dan terbuai dengan suasana syahdu dan rindu kepada sang kekasih. Lagu – lagu tak bermutu tersebut juga seakan melalaikan para pemudi pemuda kita akan kewajibannya untuk belajar dan menuntut ilmu untuk bersama – sama mengentaskan bangsa Indonesia dari segala keterpurukan.
Bagaimana Negara ini bisa maju dan mengejar ketertinggalannya dengan Negara lain misalnya Malaysia, Singapura, atau bahkan Brunei sekalipun, jika generasi penerusnya terus menerus larut dalam buaian ketidakpedulian . Dengan santai mereka menggunakan waktu mereka untuk “nongkrong” di pinggir jalan, dengan ditemani sebuah alat music gitar yang selalu ada digenggaman dan bersama – sama bernyanyi ria. Bahkan tak jarang ada yang sampai larut malam. Ironisnya, para pemudi yang seharusnya sudah kembali pulang saat malam menjelang, mereka dengan senang hati malah ikut “nimbrung” bersama teman laki – laki pujaan hati mereka. Dan sekali lagi, lagu – lagu cinta dan rindu telah merubah hati dan kepribadian mereka.
Tidak hanya sampai disitu, pengaruh dari maraknya lagu – lagu bertemakan cinta yang telah merambah ke rumah – rumah warga melalui siaran televisi, telah juga membuat ibu – ibu rumah tangga merasa betah untuk berjam – jam duduk diam menikmati acara telvisi. Hal ini berdampak pada putra – putri mereka yang akhirnya juga terpaksa menyaksikan dan menikmati indahnya bualan lagu – lagu cinta yang belum semestinya mereka dapatkan. Alhasil, putra – putri mereka pun telah mendapatkan pelajaran cinta di bawah umur, sehingga tak ayal ada seorang anak yang masih bersekolah dasar yang mengatakan kata “I love you” kepada salah seorang teman perempuan yang disukainya. Hal ini berimbas pada tujuan mereka bersekolah tidak lagi untuk menuntut ilmu, melainkan untuk bertemu sabg pujaan hati. Jika sudah begini, siapa yang patut dipersalahkan?
Banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan dan menyelenggarakan acara – acara dengan dalih ajang pencarian bakat, secara tak langsung telah menuntut para putra – putri kita untuk dapat menyanyikan lagu “Cari Pacar Lagi” daripada lagu “Pelangi – Pelangi”. Dan ternyata benar, putra – putri kita pun lebih percaya diri untuk menyanyikan lagu “Saat Terakhir” daripada menyanyikan lagu “Bintang Kecil”. Padahal jika dilihat dari faktor usia, mereka rata – rata baru berumur antara enam sampai dengan dua belas tahun, usia yang saat itu seharusnya mereka mendapat ilmu yang benar – benar mampu membawa kebaikan bagi diri mereka sendiri.
Itulah sedikit gambaran dari potret generasi bangsa Indonesia yang telah terkontaminasi dengan lagu – lagu rindu dan lagu – lagu cinta tak bermutu. Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa bangsa Indonesia masih tetap mempertahankan budaya – budaya tersebut? Akankah pemerintah tetap menutup mata akan hal ini? Atau malah menganggap masalah ini merupakan budaya pergaulan remaja yang sudah dinilai biasa? Mungkin inilah merupakan salah satu jawaban mengapa Negara kita sulit untuk menjadi Negara maju. Ketika generasi muda bangsa lain sedang sibuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, remaja kita justru lebih sering untuk mencipta karya lagu yang terus menerus akan meracuni generasi kita sendiri. Semoga kita sebagai generasi yang telah mengetahui permasalahan ini dapat segera menyelesaikan dan memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.