19 Nov 2010

Sebuah Renungan dari Nasihat Imam Al Ghazali


Dalam sebuah hadist, Rasullullah SAW bersabda,sebagaimana dituturkan oleh Syaddad bin Aus r.a, “Orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengendalikan hawa nafsunya dan beramal untuk kehidupan setelah kematian.” (HR. At Tirmidzi).
Menyimak hadist di atas, diantara pengertian seseorang yang mengendalikan hawa nafsunya adalah orang yang senantiasa menghisab diri sebelum mendapatkan hisab dari Dzat yang Maha Adil di hari kiamat kelak. Umar bin Khatab r.a pernah berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab oleh Allah di akhirat kelak.Bersiplah menghadapi hari perhitungan yang amat dahsyat. Sesungguhnya hisab di hari kiamat akan terasa ringan bagi orang – orang yang senantiasa menghisab diri mereka sendiri ketika di dunia.” (Al Mubarakfuri, Tufah Al wahdzi bin Syarh Jami’ At Tirmidzi)
Sebagai manusia yang banyak melakukan dosa dan kesalahan, sudah sewajarnyalah kita untuk melakukan muhasabah dan instrospeksi diri. Dengan begitulah kita dapat mengetahui dan setidaknya mengakui kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan. Berkaitan dengan muhasabah, Imam Al Ghazali menuturkan dalam sebuah nasihat beliau yang mahsyur. Pada suatu hari, beliau sedang berbincang – bincang dengan para muridnya dan bertanya,
“Wahai muridku, apa yang paling dekat dengan kalian di dunia ini? Kemudian murid – muridnya menjawab, “Yang paling dekat dengan kami di dunia ini adalah orang tua kami, keluarga kami, guru kami, dan teman – teman kami” Iman Al Ghazali menjawab,”Jawaban kalian benar, namun yang paling benar adalah kematian.” Setiap yang bernyawa di dunia ini pastilah akan mengalami kematian sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 185 yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
Kemudian Al Iman Ghozali bertanya, “Di dunia ini, apakah yang paling jauh dengan kalian? Murid – murid menjawab, “ Yang paling jauh dengan kami adalah matahari, bintang, dan negeri China.” Beliau menjawab, “Kalian benar, namun yang lebih jauh dari kita adalah masa lalu.” Kita tak akan mampu mengembalikan waktu walaupun satu detik yang lalu. Maka, pergunakanlah waktu kita sebaik mungkin.
Al Imam Ghazali kembali bertanya, “Apa yang paling besar di dunia ini? Muridnya menjawab, “Yang paling besar di dunia ini adalah gunung, bumi, dan matahari. Beliau menjawab, “Kalian benar, namun yang paling besar di dunia ini adalah hawa nafsu.” Oleh karena itu, kita harus mampu melatih diri kita untuk dapat mengendalikan hawa nafsu pada diri kita.
Pertanyaan berikutnya yang ditanyakan Al Imam adalah “Apakah yang paling berat di dunia ini?” Para muridnya menjawab, “Yang paling berat di dunia ini adalah besi, baja, dan gajah”. Kemudian Al Imam membenarkan jawaban murid – muridnya tersebut dan berkata, “Namun yang paling berat di dunia ini adalah memegang amanah. Tumbuhan, hewan, gunung dan lautan tidak mampu memikul amanah setelah Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah di muka bumi. Namun manusia dengan segala kebanggaan dirinya menyanggupi permintaan Allah SWT tersebut sehingga banyak manusia yang masuk neraka karena tidak dapat memegang amanahnya tersebut.”
Pertanyaan kelima yang ditanyakan oleh Imam Al Ghazali adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?” Murid – muridnya pun menjawab, “Yang paling ringan di dunia ini adalah kapas, dedaunan, dan debu.” Imam Al Ghazali menjawab, “Kalian benar, namun yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan shalat.” Kebanyakan dari kita telah melalaikan sholat dikarenakan kesibukan dan pekerjaan kita. Terkadang kita masih menganggap sholat sebagai sebuau rutinitas kecil biasa, sehingga kita sering mengakhirkannya dan bahkan melupakannya.
Untuk yang terakhir kali Al Imam Ghazali bertanya kepada muridnya, ”Apakah yang paling tajam di dunia ini?” Muridnya menjawab,”Yang paling tajam di dunia ini adalah pisau dan pedang,” Al Imam menjawab.”Kalian benar, namun yang paling tajam di dunia ini adalah lidah. Luka yang disebabkan karena pedang bisa terobati dengan bantuan medis, namun ketika lidah sudah menyayat hati seseorang maka akan sulit terobati.”
Marilah kita bersama – sama merenungkan nasihat Imam Al Ghazali ini. Apakah kita termasuk orang – orang yang sering melalaikan shalat? Apakah kita termasuk orang – orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu kita? Sudahkah kita memelihara lidah dan memegang amanah dengan baik? Semoga kita termasuk golongan orang – orang yang terjaga dari segala kemurkaan-Nya. Wallahu a’lam.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nasihaty bagus saudaraku... hati2lah dg motivation n esq...

Posting Komentar

Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India