6 Mei 2014

(Waspadai) Dajjalisme Media


Jika kita bisa memilih, tentu kita tak ingin hidup di akhir zaman, di mana huru-hara fitnah akhir zaman amat begitu mengerikan bagi orang-orang yang mengetahuinya. Jika kita boleh memilih, tentu kita akan memilih hidup di jaman Rasullullah shollalahu'alaihi wasallam dan menjadi bagian dari pasukan Nabi untuk menegakkan tauhid di atas muka bumi dan berjuang bersama para sahabat lainnya.

Namun, hidup di masa kini bukanlah keinginan kita, melainkan adalah bagian dari takdir-Nya yang sengaja Allah pilihkan untuk menguji, apakah diri kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang yakin terhadap agama-Nya?

Tak penting, tak perlu bersedih apalagi sampai menyesal meratapi hidup di akhir zaman yang penuh fitnah ini. Allah swt. tak akan menghisab dan mempertanyakan, "Mengapa engkau dilahirkan dan hidup di akhir zaman?". Ya, Allah swt tak akan menanyakan itu, karena itu adalah bagian kecil dari takdir dan kuasa-Nya. Melainkan Dia akan menanyakan, "Mengapa engkau tak ikut berjuang menegakkan tauhid tatkala engkau hidup di akhir zaman padahal sudah datang kepadamu Rasul yang mulia yang membawa risalah akhir zaman?"

Problema seorang muslim. Teringat sebuah hadist Rasul SAW, “Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari dimana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut. Para Shahabat bertanya: ‘Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau mereka?’ Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab: ‘Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian’ “. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim) "

Tak ayal, banyak sekali fitnah yang kita hadapi saat ini. Mulai dari  berita bohong, pembunuhan karakter tokoh atau jamaah islam sekalipun kita jumpai marak di berbagai media. Fitnah itu pun tak jarang berasal dari saudara-saudara sesama muslim. Sungguh ironis, tragis, dramastis. Media dengan riang gembira bicara si ini begini dan si itu begitu tanpa adanya kroscek terkait keakuratan berita.

Ya... media bisa dibeli, uang bicara segalanya, sehingga tak salah jika media saat ini sebagai salah satu faktor tak terbantahkan untuk mengendalikan dunia.Sebagai contoh, media begitu antusias meliput dan mengurusi masalah HAM. HAM yang mana? tentu HAM yang menguntungkan pihak tertentu saja, bukan HAM menurut faham universal.

Kita ingat beberapa waktu lalu saat dunia dibuat heboh oleh hilangnya pesawat MH370 yang membawa 239 penumpang. Tak tanggung-tanggung, lebih dari 25 negara turut mencari jejak pesawat itu yang tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, hanya karena sebuah misteri. “Ini adalah solidaritas kami terhadap prinsip kemanusiaan.” Demikian alasan yang sering mereka pakai untuk menunjukkan solidaritas. PM Australia, Tony Abbot bahkan menuturkan, “Kami tak memperhitungkan biaya pencarian ini, kami hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan misteri ini.”


Di tempat berbeda, tak jauh dari waktu hilangnya pesawat MH370, pengadilan Mesir menyatakan vonis mati untuk 529 anggota Al Ikhwan Al Muslimun, termasuk untuk presiden sah dan terpilih Mesir Muhammad Mursi. Sebuah putusan paling cepat dan paling zalim sedunia. Bagaimana bisa vonis mati diputuskan hanya dengan beberapa menit tanpa menghadirkan pelaku, saksi, dan pembela? Allahul Musta’an.


Maka ada benarnya apa yang dikatakan oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi yang saat ini menjabat sebagai ketua MIUMI. “Para pembela kemanusiaan ternyata hanya akan membela manusia yang tidak ada kaitannya dengan agama Islam.”

Contoh lain, tepat 1 April 2014 Brunei Darussalam resmi menerapkan hukum Jinayah, hukum syariat islam sebagai sumber hukum utama Negara. Tak perlu menunggu waktu lama, berbagai protes dan kecaman keras keluar dari pegiat hak asasi manusia internasional. Mereka menilai pemberlakuan pidana syariah Islam itu adalah sebagai langkah mundur bagi perlindungan hak asasi manusia. Bahkan para selebritis Hollywood sepakat memboikot seluruh hotel di Brunei hanya gara-gara Brunei menerapkan hukum syariah. Tentu, media barat mendukung 100% kecaman ini.

Kita lihat, media begitu antusias meliput tentang HAM, tapi sangat antipasti terhadap berita kemanusiaan seorang muslim. Hari-hari ini kita disodorkan oleh media tentang tontonan reality show, akademi fantasy, Indonesian idol, kontes dangdut yang justru telah melakukan kejahatan spiritual kepada anak-anak dan generasi bangsa. Goyang oplosan yang seperti itu sangat digandrungi, jangankan oleh anak-anak kecil kita bahkan oleh seorang kakek-nenek pun sangat menikmati. Sedih, tragis, ironis.

Rasul SAW telah memperingatkan, kelak di akhir zaman akan datang Dajjal yang membawa kerusakan, perpecahan dan fitnah di muka bumi. Karena dahsyatnya fitnah Dajjal itu, Rasul SAW memerintahkan kita berdoa di akhir  sholat.

Secara fisik Dajjal adalah makhluk hidup bermata satu yang akan berada dan berjalan di tengah-tengah manusia. Namun secara budaya, dajjalisme telah hadir di tengah-tengah kita melalui campur aduknya informasi dan maraknya berbagai fitnah yang menyerang kebenaran. Inilah dajjalisme era media massa modern.

Mari kita jaga diri dan keluarga dari berbagai informasi yang tak jelas benar salahnya, Sesungguhnya hanya kepada Allah-lah kita berlindung.



Terinspirasi dari majalah Mulia BMH, edisi Mei 2014






0 komentar:

Posting Komentar

Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India