Berbicara tentang Surat Al Qalam yang berarti pena, maka kita akan sedikit juga berbicara tentang Juz 29. Surat ini adalah surat ke 68 dan termasuk surat-surat yang diturunkan di Mekah. Juz 29 merupakan juz yang banyak menjelaskan tentang dakwah, bekal, sejarah dan contoh-contohnya. Seperti dalam surat Al Mulk berisi bekal dai, Al Qalam bekal dai berupa ilmu yang benar, Al Haqqah bekal dai berupa tadzkirah, ada juga surat Nuh yang berisi contoh dai dari kalangan Manusia, dan surat Al Jin yang berisi contoh dai dari kalangan jin, dan surat-surat lainnya, seperti Al Muzzammil, Al Muddatstsir, dan lainnya.
Ada beberapa Hikmah yang terkandung dalam surat Al Qalam ini, pertama hikmah secara umum, sebagaimana surat-surat Makkiyah lainnya, Al Qalam juga berisi tentang taqrir yang memperkuat aspek aqidah serta penegasan penetapan kenabian Saw.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/15583/bekal-aktivis-dakwah-dalam-surat-al-qalam/#ixzz1ctHbyt41
Hikmah yang kedua, bersifat khusus, yaitu perintah untuk mengikat ilmu dengan menulis dan mencari ilmu dengan informasi yang benar atau shahih.
Pesan Khusus
- Urgensi Ilmu Bagi para dai
[68:1] Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,
Ketika kita ingin mengajak orang kepada kebaikan, tentunya kita harus memiliki ilmu untuk meyakinkan argumentasi kita. Untuk itulah kenapa Ilmu begitu penting, sehingga Allah berfirman dalam surat Al Qalam ayat 1 tentang ilmu ini.
Inilah bekal yang Allah siapkan untuk para dai, agar memperhatikan ilmu dan menuliskannya dalam rangka menyebarluaskan ilmu sehingga bermanfaat tidak hanya pada masa sekarang tapi juga di masa yang akan datang, untuk generasi mendatang.
ayat ini menarik, karena secara tersirat Allah swt menuntun kita agar memperhatikan perkembangan dunia tulisan, yang dahulu kala menggunakan tinta, sekarang sudah melalui dunia maya. Seorang dai harus melek teknologi, karena tulisan era sekarang tidak lagi berupa dalam selembar daun, kertas, atau batu tapi sudah melalui teknologi eBook, internet, dan lain sebagainya.
- Pahala bagi seorang dai
[68:3] Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.
Ketika kita mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw, kita tentu akan mendapat pahala atas amal yang kita kerjakan. Akan tetapi Rasulullah saw, para sahabat, dan orang-orang yang mengajarkan ilmunya, juga akan mendapatkan pahala meskipun mereka telah tiada. Inilah yang disebut amal jariyah, yang tiada terputus. Inilah pahala yang besar yang tiada terputus bagi seorang dai, yang menyebarkan ilmunya kepada semua orang, baik diri, keluarga dan lingkungannya. Dan salah satu cara yang membuat karya dan dakwah kita terus menerus diikuti orang adalah dengan menuliskannya dalam sebuah artikel, buku, kitab dan media lainnya yang akan bermanfaat tidak hanya saat ini tapi juga beberapa generasi mendatang. Bayangkan berapa besar pahala yang akan kita dapatkan karena tulisan dakwah kita mampu membuka hidayah banyak manusia?
- Pentingnya Akhlaq sebagai bekal Dai
[68:4] Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Dalam hinaan dan cacian yang makin lama makin mencekam, Nabi saw menghadapi dengan santun dan akhlaq yang agung. Meski mendapat siksa, intimidasi, boikot dan segala bentuk upaya untuk menghentikan dakwah Nabi saw, akan tetapi Nabi saw bersama para sahabatnya tetap tegar. Inilah rahasia dakwah Beliau saw, akhlaq!
Hadapi segala rintangan dakwah ini, fitnah, dan kekerasan dalam bentuk fisik, dengan akhlaq yang baik, bijaksana dan dengan cara yang benar. Biarkan mereka yang menyakiti kita, melihat akhlaq kita, dan siapa tahu, mungkin esok ia akan menjadi penopang dakwah kita yang paling keras dan tegas terhadap musuh-musuh dakwah ini.
- Akhlaq terhadap para Pencela
Berikutnya, adalah akhlaq yang harus kita lakukan ketika menghadapi para pencela dan pelaku fitnah, dengan sangat jelas Allah menuntun kita dalam Ayat 7-12 berikut,
[68:7] Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
[68:8] Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).
[68:9] Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).
[68:10] Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,
[68:11] yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah,
[68:12] yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa,
- Futur Dalam Dakwah?
[68:48] Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).
[68:49] Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela
[68:50] Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh.
Ia adalah Nabi Yunus as, yang memilih untuk meninggalkan kaumnya yang tidak mau menerima dakwahnya. Dan hal tersebut mendapat teguran dari Allah swt, yang kemudian, Nabi Yunus meminta ampun seperti dalam surat Al Anbiya ayat 87.
Doa inilah yang kemudian membuat Allah memberikan nikmat kepadanya dan ampunan.
[21:87] Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Maka, inilah I’tirof Nabi Yunus as, sebagai bekal bagi para aktivis dakwah, ketika merasa tidak ada yang mengikuti panggilan dakwah ini dan bahkan memusuhinya, janganlah berputus asa, dan janganlah mundur, dan banyaklah membaca doa Nabi Yunus ketika di dalam perut ikan,
“tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”
Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.