Sore itu, cuaca agak mendung, menemani derapan langkah untuk kembali ke asramaku ku tercinta. Memang sudah mau maghrib. Tiba-tiba ponsel ini bervibrasi tanda ada sms masuk. Tak dinyana, ternyata saudara yg nian tak berjumpa menghubungi dan membawa kabar akademis. ya.... sebetulnya kabar yg dibawa sedikit membuatku tertarik. Akademis gitu lho...,
namun sebenarnya saya tidak begitu memperdulikan apa yg dikabarkan. namun saya putuskan untuk melanjutkan obrolan dengan dirinya. yah, lumayan lah untuk 'memperjelas' hubungan silaturahmi yang kebetulan kami dulu satu aktivitas di SMA.
Lalu tak lama kemudian, entah mengapa saya tertarik untuk mengunjungi blog beliau. dan apa yang saya temukan. hmmm sebuah tulisan yang saya rasa perlu saya baca. benar saja, nampaknya saya terlibat dalam tulisan tersebut. pada intinya, beliau terkesan pada sebuah kata yang bertuliskan AL FATIH, yang kita sama-sama tahu bahwa Muhammad Al FATIH adalah pemuda gagah berani penakluk konstantinopel.
Baik, namun di sini saya tak akan membahas secara detail kisah juang M. AL FATIH. saya tahu bawwa AL FATIH merupakan sosok tauladan yang baik, ya tentu tauladan yang utama tetaplah Rasullullah SAW. lalu, tidak bolehkah mengidolakan seseorang yang kita harapkan dapat memberikan motivasi kepada kita agar kita mampu menjadi pribadi yang lebih baik? salahkah? tentu hal tersebut menurut saya boleh saja. berharap bahwa kita akan menjadi lebih baik dengan mencontoh orang-orang yang baik.
Lanjut . . .
terkait hal yang lain, mohon maaf jika sebagian pembaca ada yang kurang paham, karena saya memang bukan orang yang ahli dalam menyampaikan. memang kondisi bangsa yang serba semrawut ini, peran dakwah islam sangat vital dalam mengawal moral bangsa.
lalu, metode apa yg tepat???? dengan segala kondisi yang ada, perbedaan yang timbul serta majemuknya masyarakat kita??
tentulah peran orang-orang yg sdh paham tentang dakwah mengerti hal ini. SUNGGUH ANEH jika ada seseorang yang dirasa kapabilitas kefahamannya sudah lumayan tinggi, masih mengkotak-kotakkan metode dakwah yang tepat itu seperti apa. Ketahuilah bahwasanya, yang perlu digarisbawahi disini adalah, hormati dan hargai perbedaan yang ada. Seyogyanya kita tidak saling memperdebatkan cara apa yang tepat. Kalau dirasa metode itu masih baik dan tidak melanggar syariat ya boleh lah diterapkan. Sampai disini dulu. Tak akan ada habisnya jika terus dilanjutkan.
1 komentar:
asw.
smg yang dimksud benar2 sy... msh kepikiran nilai trnyt?he3..
tulisan yang ant baca itu, hanya sepenggal pnjelasan..tulisan ana itu pun muncul krn diskusi ana dengan ukhti rina... jika ant hanya baca sepenggal sj, ya mgkin beginilah tanggapannya..monggo jika ingin mengkroscek,,pintu "diskusi"(dengan finish kok) terbuka lebar akhi, meski tdk dgn ana...
peaaccceee uzannnn...:))
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.