Antara Mu'tazilah klasik dan kaum Liberal masa kini (yang
mengaku meneruskan metodologi Mu'tazilah) Mu'tazilah adalah sebuah sekte yang menjadikankan akal di
atas segala-galanya. Sehingga penerimaan oleh akal menjadi tolak ukur atau
sumber verifikasi kebenaran, bahkan persepsi akal mereka menjadi lebih tinggi
kedudukannya daripada teks-teks gamblang Al-Qur'an dan Al-Hadits. Mereka
mentakwil dalil sesuai selera akalnya. Akibatnya, pemikiran Mu'tazilah ini
memunculkan penyimpangan-penyimpangan dalam penafsiran seperti:
- Mengingkari sifat-sifat Allah. Pengingkaran ini termasuk perkara pokok Tauhid ala Mu'tazilah. Karena beranggapan bahwa hanya Dzat Allah yang Qadim, sehingga tak mungkin ada sifat Allah kecuali sifat Allah adalah Dzat Allah itu sendiri. Mereka beranggapan bahwa sifat adalah suatu entitas tersendiri, sehingga ditolaklah oleh akal versi mereka.
- Seorang Muslim yang berbuat dosa besar kedudukannya tidak muslim dan tidak kafir, atau biasanya dikenal dengan istilah "manzilah baina manzilatain". Sementara untuk urusan akhirat, orang berdosa besar selama belum bertaubat akan kekal di neraka. Tidak ada orang berdosa besar yang akan keluar dari neraka.
- Mengingkari adanya takdir Allah pada perbuatan hambanya. Menurut mereka manusia memiliki kemerdekaan sejati dalam melakukan perbuatan, atau dengan kata lain perbuatan makhluk tidak diciptakan oleh Allah.
- Al-Qur'an adalah makhluk.
- Mengingkari dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits yang menegaskan bahwa wajah Allah dapat dilihat oleh kaum Mukminin di surga nanti.
- Memojokkan para Sahabat Radhiyallah 'Anhum atas perkara konflik yang pernah terjadi diantara mereka. Juga mencela hasil-hasil ijtihad para Sahabat yang tidak sesuai dengan selera akal mereka.
- DLL
Meskipun penuh dengan keyakinan dan pendapat kufur, tetapi
mayoritas ulama tidak mengkafirkan mereka. Alasannya, mereka sebenarnya
memiliki ghirah yang besar terhadap agamanya, mereka punya semangat untuk
mencari kebenaran. Pada dasarnya mereka tidak bermaksud menentang ajaran Islam.
Akan tetapi mereka salah metodologi dalam memahami agama, yaitu mendahulukan
akal versi mereka di atas segala-galanya. Para ulama banyak yang memberi uzur
pada orang-orang Mu'tazilah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Adapun orang yang berpendapat dengan sebagian pendapat
Jahmiyah seperti Mu’tazilah dan lainnya yang menampakkan sikap beragama yang
baik dalam batin mereka maka mereka itu tidak diragukan lagi termasuk umat
Muhammad.”
[Liberal, Mu'tazilah masa kini kah?]
Jika orang-orang Mu'tazilah klasik dianggap memiliki
kecintaan yang baik terhadap agamanya meski akhirnya terperosok karena memahami
sesuai akal mereka, maka tak diragukan lagi bahwa kaum Liberal tidak pernah
sedikitpun menampakkan sikap seperti demikian. Kaum Liberal masa kini tidak
lain tidak bukan adalah kepanjangan tangan dari orang kafir untuk menggerogoti
ajaran Islam.
Mereka tidak pernah menunjukkan semangat dalam membela Islam
atau kaum muslimin, tak pernah pula mereka mendasarkan tujuan objektif mencari
kebenaran. Sebab orang-orang Liberal ini justru menyatakan kebenaran itu
tidaklah ada, tujuan pemikiran mereka adalah untuk menyenangkan hati orang-orang
kafir. Lihatlah bagaimana mereka "beragama" karena mengikuti selera
orang kafir, sesuai kiblat mereka.
Jika kaum Mu'tazilah masa lalu adalah orang-orang yang salah
jalan dalam beragama, maka kaum Liberal masa kini adalah orang-orang yang
menghancurkan agama Islam itu sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.