Kebijakan
Pemkot Surabaya yang berani menutup lokalisasi dolly adalah buah dari
keberanian dan kepahaman pemimpin akan makna kekuasaan yang benar. Dalam
hal ini, Bu Risma paham betul bahwa tanggung jawab beliau sebagai
umaro' (pemimpin) adalah melakukan penyelamatan terhadap
perbuatan-perbuatan yang menyimpang baik secara sosial maupun agama.
Tentu saja setiap kebijakan akan menuai pro dan kontra.
Terkait adanya beberapa pihak yang kontra terhadap penutupan dolly, itu
adalah salah satu resiko yang harus siap untuk dihadapi, dan saya
melihat memang beliau sudah sangat siap.
"Saya sudah pamit keluarga untuk menutup gang Dolly hari ini, kalau saya mati, ikhlaskan." (Tri Rismaharini, Juni 2014)
Alasan penolakan penutupan lokalisasi masih saja berkutat pada dalih
ekonomi dan kekhawatiran penyakit AIDS yang akan semakin menyebar tak
terkendali. Ini hanyalah alasan orang-orang yang kurang mengerti
nilai-nilai agama & kemanusiaan. Mereka lupa akan janji Allah bahwa
rezeki yang halal masih bisa diusahakan selama kita tidak malas bekerja.
Maka benar, orang-orang seperti ini tak perlu dituruti.
Dengan
ini, jelaslah bahwa kekuasaan dan jabatan di pemerintahan tak selamanya
identik dengan tahta dan kemewahan semata. Kekuasaan akan dapat
menghilangkan kemungkaran yang tak dapat dilakukan oleh Al Quran.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Ustman bin Affan
Radhiyallahu‘anhu, "Sesungguhnya Allah akan menghilangkan dengan
kekuasaan apa-apa yang tidak bisa dihilangkan dengan al Quran”.
Maka, tentu saja kebijakan yang baik ini tak lepas dari peran dan
partisipasi rakyat yang telah benar memilih pemimpin yang amanah. Tanpa
mengurangi rasa hormat kepada siapapun, tentu usaha seperti ini kurang
dapat dilakukan oleh para pejuang golput. Memang semua adalah pilihan.
Mari kita dukung dan terus doakan untuk pemimpin-pemimpin kita yang
berjuang dengan ikhlas menegakkan kebaikan.
Kita yakin Allah bersama orang-orang yang benar.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.