Tentu
kita telah tahu betapa tingginya keududukan alim ulama dan para da'i yg
dgn ikhlas memperjuangkan izzah agama islam di atas sunnah &
kalimatul haq.
Apa yg dipikirkan dan diikhtiarkan oleh para
da'i dan ulama terkait keikutsertaan mereka dlm pilpres kali ini tentu
sangat berbeda dgn apa yg dipikirkan masyarakat umum. Mereka bergerak
dan telah memutuskan dukungan atas dasar ilmu, maslahat dan keterjaminankeberlangsungan dakwah fiddin.
Jikalau hasil pilpres nanti ternyata tak bersesuaian dgn ikhtiar maka
kewajiban kita sbg umat islam adalah meyakini bahwa segala takdir telah
ditetapkan-Nya di lauhul mahfudz, pun dgn siapa yang nantinya akan
memimpin negeri ini. Kita meyakini Allah telah mempersiapkan sgala
sesuatu utk urusan kaum muslimin. Jika pemenangnya adalah pemimpin yg
pro dengan syariah & agama islam, maka kaum muslimin akan dpt dgn
tenang menyampaikan dakwahnya, niscaya proses takwinul ummah akan
berjalan dengan baik.
Namun jika pemenangnya adalah pemimpin yg
telah muncul tanda-tanda utk mendeskreditkan syariat & ummat islam,
maka kaum muslimin pun juga harus menyambutnya dgn kesiapan utk
menerima tantangan dakwah yg lebih berat, pengorbanan perjuangan yg
lebih besar dari biasanya. Kita harus ridho pada takdir dan harus banyak
melakukan muhasabah atas kerja-kerja dakwah yg telah kita lakukan. Atas
ketetapan ini kita berlepas diri dihadapan Rabbul 'alamin atas segala
kemudhorotan yang terjadi.
“Sungguh ajaib keadaan orang
beriman, sesungguhnya semua urusan mereka berada dalam keadaan baik. Dan
tiada yang memperolehi keadaan ini melainkan orang yang beriman saja.
Sekiranya dia dianugerahkan sesuatu, dia bersyukur. Maka jadilah
anugerah itu baik untuknya. Sekiranya dia ditimpa musibah, dia bersabar.
Maka jadilah musibah itu baik untuknya” (H.R Muslim)
Ini
menegaskan bahwa pilihan kita hanya dua, sabar dan syukur. Dan semuanya
adalah kebaikan. Yang terpenting adalah kita telah menempatkan loyalitas
kita dengan benar yakni dengan memberikan dukungan kepada calon
pemimpin yang lebih dekat dengan kebaikan dan sedikit mudhorotnya. Bagi
umat islam, sama saja. Kalau dia yang menang, kita tetap berdakwah. Jika
bukan dia yang menang, kita juga tetap akan berdakwah.
Cukuplah bagi kita utk berikhtiar dan berdoa dalam batas kesanggupan
seorang hamba. Tak ada yang kita harapkan melainkan kebaikan dan
kemaslahatan. Kita ridho terhadap takdir-Nya, dimana tak ada satu pun yg
telah Dia tetapkan melainkan ada hikmah dan kebaikan. Dan akhirnya kita
bertawakkal serta mengembalikan segala urusan hanya kepada-Nya.
Semoga Allah ta'ala tetap mencurahkan kebaikan utk para ulama dan
penyeru kebaikan agar taufik & hidayah-Nya tetap terlimpah utk
bangsa ini.
Allahul musta'an. Hasbunallah wa ni'mal wakiil. Wallahu a'lam bis showab.
0 komentar:
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.