Sekolah SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, Sarjana 4 tahun, Master 2 tahun, dan sekolah Doktor 3 tahun. Totalnya kurang lebih selama 21 tahun manusia bersekolah yang mana tujuannya tidak lain adalah agar masa depannya cerah, agar segala target kebutuhan di dunianya terpenuhi.
Sekarang bandingkan. Hadir di majelis taklim, seminggu sekali durasi 2 jam. Setahun ada 52 minggu, artinya hanya ada 104 jam dalam setahun atau jika misal umur manusia 60 tahun, maka ia hanya mengeluarkan waktu sekitar 9 bulan saja dari keseluruhan hidupnya yang ia gunakan untuk hadir di majelis taklim. Dan majelis taklim ini dihadiri katanya adalah untuk bekal akhirat.
Singkatnya, manusia rela menghabiskan waktu selama 21 tahun untuk mengejar kehidupan dunianya yang hanya 60 tahun, tetapi ia hanya rela mengeluarkan waktu 9 bulan saja untuk meraih kehidupan akhirat yang sudah diyakini durasi waktunya adalah kekal tak terhingga.
Bukankah ini salah satu bentuk kekeliruan pola pikir?
Kira-kira lebih masa depan mana, masa 60 tahun hidup di dunia atau masa yang selama-lamanya di akhirat?
Maka, mari mulai dari sekarang kita ubah cara berpikir keliru yang seperti ini. Masa depan itu bukanlah masa setelah lulus kuliah, bukan pula masa saat sudah mendapat rumah dan pekerjaan yang mapan. Masa depan yang hakiki adalah masa setelah kematian, di mana harta dan benda yang telah dengan kerja keras dikumpulkan tidak akan berguna sedikit pun jika tak diinfaqkan di jalan yang benar.
Beramallah sebelum semuanya terlambat. Bisa jadi saat ini dunia adalah nyata dan akhirat hanyalah cerita, namun setelah mati dunia hanya akan jadi cerita dan akhiratlah yang menjadi nyata.
1 komentar:
saat ini sebagian besar tujuan orang tua menyekolahkan anak pun adalah untuk mengejar gelar dunia, supaya anak unggul dalam ilmu dunia. Tapi sungguh miris banyak yang melupakan ilmu akhirat
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.