Beberapa waktu lalu, ba'da sholat maghrib sewaktu saya berbincang dgn beberapa teman, tiba-tiba ada seorang mas-mas yg datang dengan sedikit tergopoh menghampiri.
"Pak kenalkan, nama saya fulan saya punya teman namanya mbak fulanah. Minta tolong pak, sudah beberapa hari ini dia pucat, sering tiba-tiba pingsan. Dia ngaku klo sering dapat bisikan aneh kalau lagi sendirian. Kemarin sebenarnya dia sudah di ruqyah oleh seorang ustadz tapi belum selesai."
"Oh, lalu? apa ada yg bisa saya bantu?" tanyaku pelan.
"Minta tolong pak, tolong dia agar diruqyah." jawabnya.
"Wah, sampeyan salah orang mas. Saya bukan tukang ruqyah, bukan pula ustadz, saya cuma mahasiswa."
"Tapi bapak-bapak yang di depan masjid tadi menyuruh saya temui panjenengan."
"Baiklah, begini saja. Saya cuma bisa menyarankan, sampaikan kepada mbak fulanah bahwa terapi gangguan jin itu bisa disembuhkan dengan ruqyah syar'iyyah mandiri. Caranya dengan membaca ayat-ayat ruqyah, semisal dengan meniupkan bacaan al fatihah, ayat kursi [1], bacaan suratul ikhlas, al falaq, dan an naas sebanyak 3 kali pada tangan kemudian tangan diusapkan ke bagian tubuh, mulai dari kepala, wajah, terus sampai ke bawah. Ini semua dilakukan saat menjelang tidur [2]. Serta sampaikan kepada mbak fulanah agar selalu menjaga dzikir pagi petang secara rutin [3]."
"Kemudian yang kedua, silakan sampeyan tanyakan ke mbak fulanah, apakah dia atau ada diantara ahli keluarganya yang menyimpan benda-benda keramat semacam jimat, rajah, susuk, dan yang sejenisnya atau tidak. Jika iya, maka perintahkan kepadanya agar membuang semua benda-benda jimat yang dianggap keramat itu, karena biasanya memang itu yang membuat jin betah tinggal dalam tubuh seseorang. Diruqyah berulang kali pun akan tetap menjadi susah sembuhnya selama jimat atau rajah itu masih disimpan."
"Baik pak, terima kasih atas nasihatnya." sahutnya. Mas fulan pun berlalu sembari mengucap salam.
Kemudian malam harinya, masih di hari yang sama, salah seorang teman yang saat perbincangan dengan mas fulan tadi duduk disamping saya tiba-tiba menghubungi via chat.
"Mas, saya mau cerita. Saya selama ini kalau sholat kok terasa ada yang ngganggu ya, ada bisikan-bisikan aneh, susah khusyuk, mau hafalin quran tapi kayak quran nggak mau masuk ke kepala. Kira-kira kenapa ya?"
"Diingat-ingat dulu, kira-kira sampeyan ada dosa yang belum diistighfari atau tidak?" jawabku singkat.
"Begini mas, setelah tadi saya dengar penjelasan sampeyan saya jadi teringat sesuatu. Saya dulu dikasih sesuatu oleh orang tua, sejenis jimat, namanya mustika anticiloko. Kata orang tua saya disuruh simpan saja, biar selamat. Kira-kira, apa ini ya yang bikin saya sholatnya susah khusyuk dan sering dengar bisikan yang membuat hati gelisah."
"Bisa jadi. Silakan dibakar saja barang itu. Insya Allah nanti kondisi sedikit demi sedikit bisa membaik." Jawabku.
"Dibakar opo yo kobong to mas, iku lak besi? aku gak wani mbakar mas, wedi. Sesuk tak kekno sampeyan wae yo!"
"Yooo, sesuk gowonen nang mesjid."
Dan benar, setelah saya amati memang ini sejenis jimat. Dibungkus dalam kantong kain hitam dibumbui minyak wangi agar lebih mistis, plus tidak ketinggalan mantra keramatnya. Akhirnya, singkat cerita barang ini saya musnahkan.
Cerita ini memang tidak ada klimaksnya, tapi mungkin ada segelintir hikmahnya. Pertama, bahwa masih banyak sekali di tengah masyarakat kita yang membutuhkan dakwah tauhid untuk memberantas kesyirikan. Masih banyak yang tertipu dengan gulungan-gulungan kertas yg bertuliskan arab, bahkan ada juga yang berupa ayat al quran. Banyak yg berdalih, 'ini kan ayat al quran?'. Padahal sama saja, itu semua jimat meskipun tulisannya arab atau ayat quran.
Kedua, seorang da'i itu sebenarnya tidak perlu repot bersusah payah untuk membagus-baguskan perkataan agar dakwahnya diterima. Tidak perlu pula membuat untaian kalimat yang indah agar orang kagum terhadap ceramahnya. Tugas seorang da'i itu cukup membaguskan niat dan hatinya, membersihkan dirinya dari maksiat dan penyakit hati, sembari terus menuntut ilmu agar apa yang ia sampaikan adalah benar-benar kebenaran. Sebab jika semua aktivitasnya telah Allah ridhoi, maka Allah akan membantunya dan akan memberikan hidayah kepada mad'u nya (objek dakwahnya) dari arah yang tidak disangka-sangka.
Hikmah yang ketiga adalah, saat sudah banyak orang yang memanggil anda dengan sebutan pak (padahal dulunya anda selalu dipanggil 'mas' bahkan dipanggil 'dek'), dan kemudian sekarang anda banyak memanggil orang lain dengan kata 'sampeyan' maka yakinlah saat itu anda sudah tua. Maka janganlah menunda-nunda lagi dalam beramal dan beribadah. Ingat umur gan... :)
Demikian sekelumit cerita, terima kasih sudah berkenan membaca, semoga bermanfaat.
keterangan :
[1] Disadur dari intisari hadits riwayat Bukhori no. 3275
[2] Disadur dari intisari hadits riwayat Bukhori no. 5017
[3] Disebutkan dalam Q.S Al Ahzab ayat 41-42, Q.S Al Mu'min ayat 55
1 komentar:
betul begitu mas, pernah ada temen sy yg sering kerasukan, ternyata dia pernah dititipi kalung jimat sm temennya,
setelah diancurin kalungnya baru bisa sadar lagi
Posting Komentar
Pribadi seseorang tercermin dari apa yang diucapkannya.